
Bandung, TeropongJakarta.com – Menghadapi badai kehidupan bukan perkara mudah, apalagi ketika ujian datang tanpa tanda-tanda. Itulah yang dialami Dara Tivanka, perempuan asal Bandung yang kini bangkit dari masa paling menantang dalam hidupnya. Di tengah guncangan batin, ia menemukan kekuatan yang tak disangka datang dari lingkaran terdekat dan kesadaran diri untuk bersyukur.
“Rintangan terberat saya justru datang dari hal-hal yang benar-benar tidak saya sangka. Rasanya seperti dihantam kenyataan yang tidak saya siapkan,” kata Dara, mengenang masa ketika hidupnya terasa begitu berat. Ia tak menampik bahwa proses untuk bisa menerima kenyataan itu membutuhkan waktu panjang dan tidak mudah.
Namun perlahan, ia belajar satu hal penting: hidup tidak akan pernah berjalan sempurna. “Kita tidak bisa mengontrol apa yang terjadi, tapi kita bisa mengatur bagaimana menyikapinya. Dan saya memilih untuk ikhlas,” ujarnya. Ikhlas bukan berarti menyerah, tapi menerima kenyataan dengan penuh kesadaran dan tetap melangkah ke depan.

Dara mengungkapkan bahwa peran keluarga dan sahabat sangat penting dalam proses pemulihan mentalnya. “Mereka adalah orang-orang yang benar-benar tahu naik turunnya saya. Mereka tidak hanya ada saat saya tertawa, tapi juga saat saya diam dan menangis,” katanya. Kehadiran mereka menjadi alasan Dara tetap kuat meski berada di titik terendah.
Kisah Dara Tivanka mencerminkan betapa pentingnya support system dalam hidup seseorang. Dukungan emosional dari orang-orang terdekat bukan hanya menenangkan, tetapi juga mengingatkan pada kekuatan diri yang sempat terlupakan. “Mereka tidak menuntut saya untuk selalu baik-baik saja. Mereka cukup hadir dan menguatkan.”
Di tengah proses itu, Dara tak menampik bahwa pernah muncul keinginan untuk menyerah. “Ketika menjalani sesuatu yang tidak sesuai hati, rasa tidak nyaman itu muncul setiap hari. Pikiran jadi gelap dan seringkali saya mencari-cari alasan untuk membenci situasi tersebut,” ungkapnya. Namun di balik itu, doa orangtua dan refleksi diri membantu menyadarkannya.

Dengan mengubah pola pikir menjadi lebih positif, Dara mulai bisa menjalani setiap tantangan dengan tenang. “Saya belajar untuk tidak melawan arus, tapi mengalir sambil tetap sadar bahwa ini adalah bagian dari proses saya,” katanya. Ia menyebut bahwa mengikhlaskan dan mensyukuri keadaan adalah senjata paling ampuh.
Dalam pandangannya, rasa syukur bukan hanya soal menerima keadaan, tetapi juga cara menjaga diri agar tetap rendah hati. “Saya tidak mau cepat puas atau merasa tinggi. Apa pun yang kita miliki sekarang bisa hilang sewaktu-waktu,” ujarnya. Bagi Dara, menyombongkan diri adalah jalan pintas menuju kehancuran batin.
Ia percaya bahwa setiap badai dalam hidup memiliki tujuan. “Mungkin sekarang terasa berat, tapi kelak kita akan sadar bahwa itu semua membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijak,” katanya. Keyakinan inilah yang membuat Dara tak pernah benar-benar berhenti berjalan, meski langkahnya sempat tertatih.

Kini, Dara Tivanka menjalani hidup dengan lebih tenang dan penuh makna. Ia menaruh kepercayaan penuh pada proses, dan menjadikan pengalaman pahitnya sebagai pelajaran berharga. “Hidup ini bukan tentang seberapa cepat kita mencapai sesuatu, tapi tentang bagaimana kita bertahan dan terus bertumbuh,” ucapnya.
Bagi siapa pun yang tengah menghadapi masa sulit, Dara punya pesan sederhana: sabar dan ikhlas adalah kunci. “Jangan takut badai, karena justru di situlah kamu akan tumbuh. Percayalah, setelah gelap akan ada terang. Kamu hanya perlu terus berjalan,” tutupnya.
Kisah Dara Tivanka adalah pengingat bahwa setiap orang memiliki fase terendah dalam hidup, namun dengan keikhlasan, dukungan orang tercinta, dan rasa syukur, badai itu bisa dilalui dan menjadikan kita lebih kuat dari sebelumnya.