
Palangkaraya, TeropongJakarta.com – Di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang semakin kuat, semangat menjaga budaya lokal tetap menyala di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Nurun Nafisah, seorang guru PAUD, menjadi sosok inspiratif yang menunjukkan bahwa pelestarian budaya bisa dimulai dari ruang kelas dan usia paling dini.
Sebagai guru PAUD, Nurun Nafisah tidak hanya mengajarkan angka dan huruf kepada anak-anak, tetapi juga mengenalkan mereka pada kekayaan budaya lokal Kalimantan Tengah. Ia percaya bahwa budaya adalah identitas dan jati diri yang harus dijaga dan dilestarikan sejak dini.
“Saya termotivasi mempertahankan budaya lokal karena saya yakin itu adalah warisan leluhur yang harus kita rawat. Dengan begitu, anak-anak tumbuh dengan rasa bangga terhadap asal-usul mereka,” ujar Nurun kepada Teropongjakarta, Jumat (9/5).

Dalam kegiatan belajar mengajarnya, Nurun mengintegrasikan unsur budaya lokal ke dalam materi pembelajaran. Anak-anak diajak menyanyikan lagu daerah, menarikan tarian tradisional, serta mendengarkan cerita rakyat khas Dayak yang sarat nilai moral dan kearifan lokal.
Tidak berhenti di ruang kelas, Nurun juga aktif mengikuti berbagai lomba dan kontes budaya. Keikutsertaannya bukan hanya untuk berkompetisi, tapi sebagai wujud dedikasi dan cinta terhadap budaya lokal Kalimantan Tengah.
“Dengan mengikuti kontes budaya, saya ingin memberikan contoh bahwa budaya kita itu menarik dan punya nilai tinggi. Ini juga menjadi cara agar anak-anak dan masyarakat umum semakin tertarik untuk mengenalnya,” jelas Nurun.

Tantangan terbesar yang dihadapi, menurutnya, adalah membuat budaya tradisional tetap relevan dan menarik di mata generasi muda. Di era digital, pendekatan kreatif dan interaktif menjadi kunci utama agar budaya tidak terpinggirkan.
Nurun memilih metode pembelajaran yang menyenangkan untuk mengenalkan budaya, seperti bermain peran menggunakan pakaian adat, membuat kerajinan tangan khas daerah, hingga membuat video pendek tentang kebudayaan lokal bersama anak-anak.
Identitasnya sebagai seorang muslimah juga menjadi bagian penting dari upayanya melestarikan budaya. Nurun memadukan hijab yang ia kenakan dengan sentuhan motif khas Kalimantan Tengah, menciptakan gaya berhijab yang unik namun tetap mencerminkan budaya lokal.

“Hijab bukan sekadar penutup kepala, tapi juga identitas saya. Saya ingin menunjukkan bahwa budaya dan agama bisa saling menguatkan, tidak bertentangan,” katanya dengan yakin.
Usaha Nurun mendapat respons positif dari masyarakat. Banyak orang tua murid dan warga Palangkaraya yang mengapresiasi langkah-langkahnya dan merasa terdorong untuk turut serta menjaga budaya lokal di lingkungan masing-masing.
Nurun Nafisah berharap generasi muda bisa menjadi pelopor pelestarian budaya, tidak hanya sekadar tahu tapi juga aktif terlibat. “Saya ingin anak-anak kita tumbuh dengan rasa cinta terhadap budaya sendiri dan berani menunjukkan itu di tengah dunia yang terus berubah,” tutupnya.