
Bojonegoro, TeropongJakarta.com – Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa keperawatan, Amelia Kusuma Putri menemukan oase di antara tumpukan tugas dan jadwal kuliah yang padat: menari. Sejak kecil, dunia tari sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidupnya, dan hingga kini, ia terus menjadikannya sebagai cara untuk mengatasi tekanan akademik.
“Saya suka menari sejak kecil, dari TK sampai kuliah sering pentas di dunia tari. Saya menyadari salah satu kelebihan saya adalah menari, dan semakin dewasa, saya semakin tertarik dengan dunia seni,” ujar Amelia dengan penuh semangat.
Ketertarikan Amelia terhadap tari semakin berkembang saat ia duduk di bangku SMK. Bergabung dengan sanggar seni menjadi titik balik yang membuatnya lebih serius dalam menekuni dunia tari. “Saat SMK, saya mulai aktif di sanggar seni. Dari situ, saya semakin menyadari bahwa menari bukan sekadar hobi, tetapi sudah menjadi bagian dari diri saya,” kenangnya.
Namun, kehidupan membawanya ke jalan yang berbeda. Ia memilih melanjutkan kuliah di bidang keperawatan, yang terkenal dengan jadwal kuliah yang padat serta tingkat stres yang tinggi.

Sebagai mahasiswa keperawatan, Amelia menghadapi berbagai tantangan akademik, mulai dari tugas kelas, laporan praktik, hingga ujian yang terus-menerus. “Setiap hari kuliah full time, banyak tugas, laporan praktik tiap minggu, dan ujian yang cukup melelahkan. Kadang stres banget,” katanya jujur.
Namun, ia menemukan cara untuk mengatasi itu semua. “Ketika saya merasa capek dan stres, saya mencari hiburan dengan menonton film atau menari. Menari membuat saya merasa lebih senang, dan itu membantu saya mengatasi stres kuliah,” ungkapnya.
Di antara banyaknya jenis tarian daerah, Amelia mengaku paling menguasai tarian dari Jawa Tengah, terutama Tari Gambyong. “Saya suka semua jenis tarian daerah, tapi yang paling saya kuasai adalah Tari Gambyong,” ujarnya.
Tari Gambyong sendiri dikenal dengan gerakan yang lemah gemulai dan ekspresi anggun, mencerminkan kelembutan perempuan Jawa. Bagi Amelia, setiap gerakan dalam tari ini memberikan ketenangan dan kebahagiaan tersendiri.

Tak hanya tampil di lingkungan sekolah dan kampus, Amelia juga pernah menari di berbagai acara pernikahan dan pertunjukan desa. Dari pengalaman tersebut, ia bahkan mendapatkan bayaran. “Dulu saya sering tampil di pernikahan orang, dan alhamdulillah, saya dibayar untuk itu. Rasanya senang bisa menghasilkan dari hobi sendiri,” tuturnya.
Meski pernah memiliki cita-cita untuk mendalami tari secara profesional dengan melanjutkan studi ke Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Amelia harus mengubur impiannya karena tidak mendapat restu dari orang tua.

Meskipun tidak bisa melanjutkan pendidikan seni secara formal, Amelia tidak menyerah begitu saja. Ia tetap aktif menari di berbagai kesempatan, baik di acara wisuda, kompetisi tingkat kabupaten, maupun melalui platform digital.
“Saya sering membuat konten tari di YouTube kampus dan ikut berbagai pertunjukan serta kompetisi tari,” katanya. Dengan cara ini, Amelia tetap bisa menyalurkan kecintaannya pada tari meski sibuk dengan dunia perkuliahan.
Menurut Amelia, setiap orang memiliki caranya sendiri untuk mengatasi tekanan hidup. Baginya, menari bukan sekadar hobi, tetapi juga terapi yang membantunya tetap waras di tengah tekanan kuliah.

“Saat menari, saya merasa lebih bahagia. Itu seperti cara saya menyegarkan pikiran setelah berkutat dengan kuliah dan tugas,” jelasnya.
Amelia pun membagikan pesan inspiratif bagi mahasiswa lain yang mungkin mengalami stres akibat tekanan akademik. “Kenali dulu hobi kalian. Kalau kalian sudah tahu apa yang membuat kalian senang dan bahagia, manfaatkan itu untuk mengalihkan stres. Jangan sampai tekanan kuliah membuat kalian kehilangan semangat,” pesannya.
Dengan semangat yang tak padam, Amelia berharap suatu hari nanti ia bisa tetap menyalurkan kecintaannya pada tari, meskipun bidang studinya berbeda. “Saya ingin terus menari, mungkin suatu saat bisa mengajarkan tari atau berbagi ilmu dengan orang lain,” harapnya.
Kisah Amelia membuktikan bahwa mengejar impian tidak selalu harus dengan jalur yang lurus. Kadang, kita harus menemukan cara sendiri untuk tetap melangkah maju tanpa meninggalkan apa yang kita cintai.