
Riau, TeropongJakarta.com – Menjadi seorang beauty influencer sukses adalah impian banyak orang, tetapi tidak semua berani mengambil keputusan besar demi mengejar impian tersebut. Salah satu yang berani melakukannya adalah Zea Adhisty, seorang influencer asal Bagan Batu, Kabupaten Rokan Hilir. Di usianya yang masih muda, Zea memilih untuk menunda pernikahan agar bisa fokus membangun karier.
“Menikah itu bukan sekadar soal cinta, tapi juga komitmen, kesiapan mental, dan finansial. Aku lebih memilih memastikan bahwa hidupku stabil dulu sebelum membangun keluarga,” ujar Zea saat diwawancarai.
“Keluarga sempat kesal karena aku menolak beberapa tawaran menikah. Tapi aku punya target sendiri, yaitu menikah di usia 20 atau 21 tahun, dengan seseorang yang sevisi dan setara denganku,” jelasnya.
Tekanan sosial untuk menikah di usia muda masih sangat kuat di lingkungannya. Namun, Zea menegaskan bahwa ia tidak ingin menikah hanya karena tuntutan orang lain.
“Iya, tekanan sosial itu pasti ada, tapi aku nggak mau terburu-buru. Setelah menikah pun, aku tetap akan mengejar karier. Jadi, aku harus memastikan bahwa pasanganku nanti mendukung impianku,” katanya dengan tegas.

Sebagai seorang influencer di industri kecantikan, Zea menghadapi persaingan ketat. Ia harus terus mengembangkan keterampilan dan membangun brand personalnya agar bisa sukses.
“Aku percaya kalau wanita harus mandiri secara finansial dulu. Aku ingin menikmati masa muda dengan kegiatan yang positif, mengembangkan diri, dan mencapai impian sebelum menikah,” tambahnya.
Tentu, ada saat-saat di mana Zea meragukan keputusannya. Melihat teman-teman seusianya menikah sering kali membuatnya berpikir ulang. Namun, ia kembali mengingat alasan utamanya menunda pernikahan.
“Aku ingin anak-anakku nanti tumbuh dengan parenting yang baik, memiliki dasar agama yang kuat, dan ekonomi keluarga yang stabil. Kalau menikah terlalu cepat tanpa persiapan, bisa jadi malah penuh tantangan,” ujarnya.
Bagi Zea, pernikahan bukan sekadar romantisme, tetapi juga investasi jangka panjang yang harus dipikirkan dengan matang.

“Nikah itu bukan cuma soal cinta dan keluarga, tapi juga networking, membangun generasi emas, mencapai financial freedom, serta saling mendukung sebagai partner dalam hidup,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa menikah bukan tujuan akhir, melainkan bagian dari perjalanan hidup yang harus dijalani dengan penuh kesadaran.
“Aku ingin menikah dengan seseorang yang punya visi, misi, dan tujuan yang sama. Karena menurutku, pernikahan itu 10% cinta dan 90% komitmen, kompromi, kerja sama, ibadah, ekonomi, serta prinsip hidup,” paparnya.

Zea juga menyampaikan pesan penting untuk wanita lain yang mungkin mengalami dilema antara mengejar karier dan memenuhi ekspektasi sosial untuk menikah.
“Buat cewek-cewek di luar sana, jangan takut menunda pernikahan kalau memang belum siap. Fokus dulu sama karier dan impian kalian. Biar nanti pas menikah, nggak ada penyesalan karena sudah puas menjalani masa muda dengan baik,” pesannya.
Dengan keberanian dan prinsip yang kuat, Zea Adhisty menjadi contoh bahwa perempuan berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Ia membuktikan bahwa membangun karier dan menikah bisa dilakukan dengan perencanaan yang matang. Di masa depan, ia tetap membuka hati untuk pernikahan, tetapi hanya dengan pasangan yang bisa tumbuh bersama dan mendukung impiannya.