
Bandung, TeropongJakarta.com – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bias Nusantara Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung sukses menggelar talkshow bertajuk “Expose Express: Merancang Strategi Publish Eksternal untuk Seniman Gen Z”, kemarin (25/6). Acara yang digelar di Kantin Kampus UNINUS ini menghadirkan Sony Sonjaya, S.H., M.I.Kom atau yang lebih akrab dengan sapaan Soni Bebek, pemain pendukung film Dilan 1990, sebagai narasumber.
Ketua Umum UKM Bias Nusantara, Cantika Maulida, menjelaskan bahwa acara ini bertujuan membekali seniman muda dengan strategi publikasi yang relevan di era digital. “Banyak seniman Gen Z berbakat, tapi sering kesulitan mempromosikan karyanya. Kami ingin mereka tak hanya mahir berkarya, tapi juga punya kemampuan mempublikasikannya secara profesional,” ujarnya.
Menurut Cantika, tantangan terbesar seniman saat ini adalah bersaing di ruang digital yang dinamis. “Seni harus bisa dinikmati banyak orang, dan itu butuh strategi komunikasi yang tepat,” tambahnya.

Pemilihan Soni Bebek sebagai narasumber bukan tanpa alasan. Meski bukan nama besar, aktor yang akrab disapa Soni Bebek ini dinilai punya pengalaman nyata dalam bertahan di industri hiburan. “Saya bukan bintang papan atas, tapi justru itu yang membuat saya paham perjuangan seniman untuk dikenal,” kata Soni dalam sesi diskusi.
Ia membagikan kisahnya membangun karier dari bawah, termasuk memanfaatkan media sosial dan kolaborasi untuk memperluas jaringan. “Di era sekarang, seniman harus aktif di platform digital, tapi juga tetap menjaga orisinalitas karya,” pesannya.

Dalam talkshow tersebut, dibahas beberapa strategi publikasi eksternal untuk seniman Gen Z, di antaranya:
1. Membangun personal branding yang otentik di media sosial.
2. Storytelling sebagai cara menarik perhatian audiens.
3. Kolaborasi dengan seniman atau komunitas lain untuk perluasan jaringan.
4. Memaksimalkan tren digital seperti konten viral atau challenge.
5. Menjalin relasi dengan media dan influencer untuk meningkatkan eksposur.
Acara ini dihadiri puluhan mahasiswa dan seniman muda yang antusias. Dan para mahasiswa uninus bahkan universitas diluar uninus, anggota musik bias mengaku mendapat banyak insight baru. “Selama ini saya hanya fokus mencover musik yang udah ada hak cipta tapi tidak tahu cara membuat karya bahkan mempromosikannya. Sekarang jadi punya gambaran,” ujarnya.

Respons serupa datang dari Alfina hidayati selaku anggota UKM BIAS NUSANTARA UNINUS, yang terinspirasi untuk lebih aktif memamerkan karyanya di platform digital.
Cantika mengungkapkan, UKM Bias Nusantara berencana mengadakan acara serupa dengan format lebih variatif. “Kami ingin menghadirkan lebih banyak praktisi, sekaligus membuka sesi mentoring bagi seniman pemula,” jelasnya.

Ke depan, acara tidak hanya akan dilakukan secara luring, tetapi juga dikembangkan secara hybrid agar bisa menjangkau lebih banyak peserta dari luar Bandung. “Kami juga sedang merancang program inkubasi karya untuk mendampingi seniman terutama anggota bias sendiri dari proses kreasi hingga publikasi,” tambah Cantika.
Dengan adanya inisiatif ini, UKM Bias Nusantara, UNINUS berharap dapat menjadi wadah yang memberdayakan seniman Gen Z untuk go publik dengan strategi yang matang.