
Kandangan, TeropongJakarta.com – Di antara kabut tipis pagi yang menyelimuti Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, seorang perempuan muda tampak berlari dengan irama langkah yang konsisten. Nafasnya teratur, matanya menatap ke depan tanpa ragu. Dialah Puput Riyahullah, mantan atlet balap sepeda yang kini menjadikan berlari dan gowes sebagai jalan menemukan ketenangan.
Tidak ada pelatih yang mengatur, tidak ada stopwatch yang mencatat. Tapi semangat itu tetap menyala. Semangat yang dulunya membawanya ke lintasan kompetisi, kini mengalir di jalan-jalan perkampungan, mengantar tubuh dan pikirannya menuju versi terbaik dirinya.
“Dulu, saya terbiasa mengejar garis finis. Sekarang saya mengejar rasa damai,” ucap Puput, tersenyum setelah menyelesaikan lari pagi sejauh lima kilometer. Keringatnya menetes, tapi raut wajahnya justru tampak segar.
Puput adalah seorang Banker di Perusahaan BUMD. Dunia yang berbeda, tekanan yang lain. Ia harus menyesuaikan diri dengan ritme kerja kantor, angka-angka, dan rapat-rapat panjang. Namun satu hal yang tak berubah: tubuhnya butuh bergerak, pikirannya butuh ruang.

“Berlari jadi cara saya menjaga waras,” katanya. “Di kantor, saya harus duduk berjam-jam. Tapi begitu kaki ini mulai berlari, rasanya seperti keluar dari sangkar.”
Peralihan dari atlet ke profesional bukan perkara mudah. Ada kekosongan yang sempat menganga. Tidak ada lagi jadwal latihan, tidak ada kompetisi, tidak ada seragam tim. Tapi Puput tahu, tubuhnya tetap punya memori. Ia menyalurkan energi itu ke rutinitas berlari sebelum kerja, bersepeda saat akhir pekan, dan menjaga pola makan sehat.
Ia menyebut tantangan terbesarnya bukan medan berat, melainkan rasa malas. “Begitu pulang kerja, godaan sofa itu luar biasa. Tapi saya belajar, kalau menunggu waktu luang, olahraga itu tidak akan pernah terjadi.”

Prinsipnya sederhana: olahraga adalah janji dengan diri sendiri. “Saya jadwalkan lari pagi dan gowes seperti saya menjadwalkan meeting penting. Ini rapatnya tubuh dengan jiwanya sendiri“.
Yang menarik, rutinitas Puput ternyata menular. Beberapa rekan kerjanya mulai ikut berlari. Ada yang awalnya hanya coba-coba, lalu ketagihan. Ada pula yang mulai rutin olahraga setelah melihat konsistensinya. “Saya tidak banyak ceramah. Tapi ketika mereka lihat perubahan saya, mereka ikut penasaran.”
Puput menyebut transformasi hidupnya bukan hanya fisik. Ia merasa lebih fokus, lebih stabil secara emosi, dan lebih bahagia. “Ini bukan soal punya badan langsing atau kuat. Tapi lebih ke mental yang tahan banting.”

Kepada para profesional sibuk yang ingin mulai hidup sehat, ia berbagi lima jurus praktis: mulai dari yang kecil, jadwalkan olahraga seperti rapat penting, manfaatkan waktu tersembunyi, jaga tidur dan minum air cukup, serta selalu ingat alasan utama memulainya.
Kini, lari bukan lagi soal kecepatan, tapi tentang merawat diri. Di tiap langkahnya, Puput seperti berdialog dengan dirinya sendiri menata ulang prioritas hidup, menyambung kembali napas yang pernah terengah oleh tekanan. “Dulu aku ingin jadi juara. Sekarang aku ingin jadi utuh,” katanya lirih.
Langkah-langkahnya makin ringan, menyusuri jalanan Kandangan yang sejuk. Satu napas, satu langkah, satu tekad. Trek hidupnya mungkin berubah, tapi semangatnya tetap utuh.