
Cirebon, TeropongJakarta.com – Perjalanan Nani Sumarni, seorang pekerja migran Indonesia (PMI) asal Cirebon, menjadi bukti bahwa kerja keras dan tekad kuat mampu mengubah kehidupan. Selama 14 tahun merantau ke luar negeri, ia berhasil mewujudkan impian terbesarnya: menyekolahkan kedua anaknya hingga ke jenjang pendidikan tinggi dan memiliki rumah sendiri.
“Motivasi terbesar saya merantau ke Hong Kong dan bekerja sampai 14 tahun adalah untuk mencapai semua mimpi saya, terutama menyekolahkan kedua anak saya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” ungkap Nani saat diwawancarai.
Namun, perjalanan menuju kesuksesan ini tidaklah mudah. Ketika pertama kali berangkat, Nani berada dalam kondisi yang sulit. Ia memiliki utang yang harus diselesaikan di Indonesia dan bahkan belum memiliki rumah. Tekanan ekonomi yang besar memaksanya untuk mencari jalan keluar dengan bekerja ke luar negeri.

Sebelum ke Hong Kong, Nani lebih dulu bekerja sebagai PMI di Singapura selama dua tahun. Ia memulai perjalanannya di negeri Singa pada November 2010 dengan harapan mendapatkan penghasilan yang cukup untuk membantu keluarganya. Sayangnya, keberuntungan belum berpihak padanya.
“Nasib saya kurang beruntung di Singapura. Belum selesai kontrak kerja, majikan sudah memberhentikan saya. Akhirnya, di awal tahun 2012 saya terpaksa kembali ke Indonesia,” kenangnya.
Namun, Nani tidak menyerah. Setelah kembali ke Indonesia, ia segera mencari peluang baru. Pada Desember 2012, ia memutuskan untuk mencoba peruntungannya di Hong Kong. Keputusannya untuk kembali merantau bukanlah tanpa alasan. Baginya, bekerja di luar negeri adalah jalan terbaik untuk mengubah kondisi ekonomi keluarganya.
Setelah 12 tahun bekerja di Hong Kong, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. “Alhamdulillah, mimpi saya terwujud. Anak-anak bisa sekolah sampai jenjang tinggi, dan rumah yang sebelumnya saya tidak punya pun akhirnya bisa saya miliki,” ujarnya dengan penuh rasa syukur.

Kesuksesan ini tidak lepas dari dukungan keluarga, terutama ibunya yang berperan besar dalam mengasuh dan memantau anak-anaknya selama ia merantau. “Saya bersyukur punya ibu yang sangat peduli dan bisa bekerja sama dalam membesarkan anak-anak saya. Beruntungnya lagi, anak-anak saya penurut dan tidak pernah neko-neko,” katanya.
Di Hong Kong, Nani memiliki jadwal kerja yang padat. Tidak seperti PMI lainnya yang libur setiap hari Minggu dan tanggal merah, ia hanya mendapatkan libur dua kali dalam sebulan sesuai kesepakatan dengan majikannya. Namun, ia tetap memanfaatkan waktu liburnya dengan mengikuti berbagai pelatihan gratis yang diselenggarakan oleh organisasi PMI di Hong Kong.
Salah satu kelas yang diikutinya adalah Enrich, sebuah program pemberdayaan diri dan literasi keuangan untuk PMI. “Saya lulus kelas Enrich tahun 2023 dan langsung bergabung sebagai ambassador Enrich sampai sekarang,” jelasnya.

Sebagai ambassador Enrich, Nani memiliki tanggung jawab untuk memberikan pemahaman kepada PMI lainnya tentang pentingnya mengelola keuangan, memahami investasi yang aman, dan cara membangun usaha di kampung halaman. Ia berharap ilmu yang diperolehnya dapat membantu sesama pekerja migran agar lebih mandiri secara finansial.
Selain aktif di komunitas, Nani juga mulai merintis bisnis online yang dia rintis dari tahun 2013. Dengan sistem kerja sama, ia mempercayakan operasional bisnisnya kepada adik dan anaknya di Indonesia. Bisnis ini menjadi salah satu persiapan Nani untuk masa depan setelah tidak lagi bekerja di luar negeri.
Bagi Nani, keberhasilan di perantauan tidak hanya diukur dari banyaknya uang yang dikirim pulang, tetapi juga bagaimana seorang PMI dapat mengembangkan dirinya dan merencanakan masa depan dengan baik.

Di akhir wawancara, ia menyampaikan pesan kepada para PMI di Hong Kong: “Manfaatkan waktu dan kesempatan selama di rantau untuk hal-hal yang bisa meningkatkan wawasan dan keterampilan kita. Jadikan pengalaman ini sebagai bekal untuk usaha di kampung halaman.”
Kisah Nani Sumarni adalah inspirasi bagi banyak pekerja migran lainnya. Dengan semangat pantang menyerah, ia membuktikan bahwa merantau bukan sekadar mencari nafkah, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik.