
Garut, TeropongJakarta.com – Pagi menjadi waktu paling sibuk bagi Sri Putri Hasnah Karomah. Perempuan asal Garut itu memulai harinya dengan mengajar di sebuah sekolah menengah pertama. Namun begitu lonceng sekolah berbunyi dan murid-murid pulang, perannya berubah. Ia menjelma menjadi content creator sekaligus pelaku usaha parfum lokal yang tengah berkembang.
Dengan jadwal harian dan mingguan yang fleksibel namun tetap terstruktur, Sri Putri membagi waktu antara dunia pendidikan dan bisnis. “Pagi hingga siang fokus untuk murid-murid. Sore sampai malam saya gunakan untuk bikin konten dan kelola bisnis parfum,” kata dia kepada TeropongJakarta.com Akhir pekan, katanya, diisi dengan produksi konten dan evaluasi bisnis.
Di balik kesibukan itu, Sri Putri memegang teguh tiga prinsip: konsisten, disiplin, dan tahu mana yang harus diprioritaskan. Bukan perkara mudah, tetapi baginya, ini bagian dari proses menyeimbangkan peran sebagai pendidik dan pelaku usaha.
Ketertarikannya pada dunia parfum berangkat dari kegemarannya pada wangi-wangian. Ia percaya, aroma yang tepat bisa meningkatkan kepercayaan diri seseorang. “Saya ingin produk lokal bisa tampil berkualitas dan terjangkau,” ujar dia. Usaha parfum yang dirintisnya pun bukan semata bisnis, tetapi juga bentuk ekspresi diri.

Bagi Sri Putri, menjadi guru tak berarti harus kaku dan terpaku pada papan tulis. Ia ingin menunjukkan bahwa pendidik pun bisa kreatif, produktif, dan mandiri secara finansial. Pesannya sederhana: guru juga bisa berkarya di luar ruang kelas.
Lewat media sosial, Sri Putri membagikan konten edukatif ringan, tips pengembangan diri, potret kesehariannya sebagai guru, serta promosi parfum dan testimoni pelanggan. Perpaduan antara nilai, cerita personal, dan konsistensi menjadikan brand parfumnya makin dikenal.
Kedekatan dengan audiens jadi kunci utama. Bukan hanya sekadar jualan, tapi membangun relasi yang membuat orang merasa terinspirasi. “Banyak yang beli karena merasa relate dengan cerita saya,” katanya.
Namun perjalanan itu tidak selalu wangi. Tantangan terbesarnya, kata Sri Putri, adalah menjaga energi dan konsistensi. Kala semua tugas datang bersamaan, ia tak sungkan berbagi peran dan meminta bantuan. Refleksi diri dan penataan ulang prioritas menjadi kunci agar tidak terbakar habis oleh rutinitas.
Dukungan dari lingkungan sekitar memperkuat langkahnya. Keluarga menjadi penyemangat utama. Rekan kerja di sekolah ikut mendukung bahkan turut mempromosikan. Para murid pun tak kalah antusias, mereka merasa bangga memiliki guru yang aktif dan inspiratif.
“Saya sering melihat mereka jadi lebih semangat belajar. Mereka sadar bahwa ada banyak cara untuk berkembang, dan guru bisa jadi contoh nyata,” ucap Sri Putri.

Kini, brand parfumnya mulai dikenal di kalangan lokal. Ia berharap suatu saat bisa membuka lapangan kerja bagi warga sekitar. Produknya tak hanya hadir sebagai aroma tubuh, tetapi juga simbol keberanian perempuan untuk mandiri dan berkarya.
Sebagai content creator, Sri Putri tak ingin berhenti di sini. Ia ingin terus menyebar inspirasi positif, terutama kepada perempuan dan generasi muda. Menurutnya, setiap orang punya potensi untuk bersinar, asal berani mencoba.
Dalam pandangannya, guru bukan sekadar profesi, tetapi panggilan hati untuk membentuk karakter. Dengan menyeimbangkan peran sebagai pendidik dan pelaku usaha, ia membuktikan bahwa kreativitas bisa lahir dari ruang mana saja.
Di tengah gempuran informasi dan tren digital yang cepat berubah, Sri Putri tetap teguh pada visinya: menjadi pribadi yang bermanfaat. “Kalau saya bisa, orang lain juga bisa,” katanya menutup perbincangan.
Garut boleh jadi kota kecil, tapi dari sana, semangat besar Sri Putri Hasnah Karomah mengalir harum, menyebar inspirasi ke penjuru negeri.