Mamasa, TeropongJakarta.com – Mamasa bukan kota biasa. Terletak di pegunungan Sulawesi Barat, suhu udaranya kerap turun hingga 12 derajat Celsius, menjadikannya kota ketiga terdingin di Indonesia. Namun, di balik kabut yang turun setiap pagi, ada sosok Syafira RN, seorang perempuan muda yang memilih berlari saat orang lain memilih tetap hangat di balik selimut.
Syafira bukan atlet nasional. Ia juga bukan bagian dari klub lari besar. Tapi tekad dan konsistensinya menjadikannya sosok yang istimewa. Di kota yang sebagian orang menghindari aktivitas luar ruangan karena dingin yang menusuk, Syafira justru menjadikan udara tipis Mamasa sebagai medan tempanya.
“Kalau ditanya kenapa lari, jawabannya sederhana. Supaya berat badan tetap stabil dan kesehatan terjaga,” ujar Syafira. Tapi kesederhanaan alasannya justru memunculkan dedikasi besar. Ia rutin berlatih, bahkan sebelum fajar datang, ketika suhu masih menusuk hingga ke tulang.

Beradaptasi dengan suhu ekstrem bukan perkara mudah. Pemanasan yang cukup menjadi keharusan. “Kalau tidak, nafas cepat ngos-ngosan dan tubuh bisa kaku,” kata Syafira. Rutinitasnya tidak main-main. Ia melatih tubuh dan mental untuk menghadapi dingin yang tak biasa, bahkan bagi pelari berpengalaman.
Momen paling menantang, menurutnya, terjadi saat berlari pada subuh. Ketika jalanan masih gelap dan udara terasa menggigit hidung. “Itu rasanya luar biasa. Antara sakit dan semangat. Tapi justru di situ letak kenikmatannya,” ujarnya sambil terkekeh.
Mamasa memang tak banyak memiliki fasilitas olahraga modern. Namun kontur alam yang menantang dan udara segar pegunungan justru menjadi lintasan alami yang memperkuat daya tahan tubuh. Syafira menyebut setiap sudut kota ini sebagai bagian dari pelatih pribadinya.

Ia tak menargetkan gelar atau podium. Yang dikejarnya adalah konsistensi dan kesehatan. Bagi Syafira, berlari bukan sekadar olahraga, tapi bentuk perlawanan terhadap rasa malas dan kemapanan tubuh. “Di suhu sedingin ini, kadang yang dilawan bukan hanya cuaca, tapi diri sendiri,” tuturnya.
Kegigihannya mulai menginspirasi banyak anak muda di Mamasa. Meski belum tergabung dalam komunitas formal, ia kerap mengunggah aktivitasnya di media sosial dan berbagi motivasi. Tak sedikit yang mulai mengikutinya, menjadikan lari sebagai bagian dari rutinitas pagi.
Syafira RN mungkin bukan nama yang sering tampil di media nasional. Tapi di jalan-jalan berkabut Mamasa, ia adalah pelari tangguh yang menaklukkan dingin dengan semangat. Dalam setiap hembusan napas dan jejak langkahnya, Syafira membuktikan bahwa semangat hidup bisa tumbuh bahkan di suhu paling beku.
