
Yogyakarta, TeropongJakarta.com – Tatapan matanya tegas, senyumnya bersahaja. Fransisca Bianca Tesalonica, yang dikenal publik lewat ajang Miss Indonesia 2020, tak berhenti berkarya selepas masa kontes kecantikan itu berlalu. Kini, ia aktif berkegiatan di dunia profesional sebagai analis komunikasi korporat, sekaligus menjadi figur muda yang konsisten menyuarakan peran perempuan di ruang publik.
Bianca, sapaan akrab, di balik meja kantornya, ia menjadi otak di balik sejumlah program komunikasi yang menjangkau komunitas luas termasuk jurnalis dan pegiat sosial. Tak hanya piawai menyusun strategi komunikasi, Bianca juga aktif dalam gerakan sosial dan olahraga. “Bergerak itu bukan hanya fisik, tapi juga soal kontribusi sosial,” ujarnya.
Di sela kesibukannya, Bianca masih rutin mengisi sesi berbagi inspirasi bersama kaum muda. Salah satunya melalui acara “Inspiring Beauty” yang digelar oleh Tribun Jogja. Dalam sesi itu, ia bicara blak-blakan soal pengalaman menjadi perempuan muda dari Papua Barat yang menembus panggung nasional dan bagaimana menghadapi stereotip yang kerap melekat

“Kita masih hidup dalam masyarakat yang menyimpan banyak prasangka tentang perempuan dari timur. Tapi saya memilih untuk membuktikan, bukan membantah,” kata Bianca.
Bianca lahir dan tumbuh di tengah keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan. Ia adalah lulusan Teknik Industri dari Universitas Surabaya. Bagi Bianca, latar belakang teknik memberinya kepekaan dalam membaca sistem, mengelola krisis, dan merancang komunikasi yang efektif di dunia kerja. “Sains dan seni komunikasi itu bisa berjalan beriringan,”
Pandangan Bianca tentang perempuan juga tidak lepas dari konteks identitasnya sebagai anak timur. Ia percaya bahwa narasi tentang Indonesia Timur harus dibawa oleh orang-orang dari sana sendiri. “Kita tidak bisa terus-menerus jadi objek cerita. Kita harus jadi penulis kisah kita sendiri,” ujar dia tegas.

Dalam dunia korporasi yang masih didominasi laki-laki, Bianca menolak untuk sekadar jadi ‘hiasan’. Ia berperan aktif dalam tim perencanaan strategis, terlibat dalam diskusi pengambilan keputusan, dan turut mengawal reputasi perusahaan di tengah dinamika media digital yang cepat berubah. “Kepercayaan itu tidak datang sendiri. Kita harus membuktikan bahwa kita layak,” katanya.
Ia mengaku pernah mengalami keraguan dari rekan kerja hanya karena statusnya sebagai mantan finalis kontes kecantikan. Tapi itu tak membuatnya surut. “Saya tidak menyangkal masa lalu saya. Justru itu bagian dari proses saya menjadi seperti sekarang,” ujarnya sambil tersenyum.

Dalam era digital ini, Bianca aktif memanfaatkan media sosial sebagai ruang edukasi dan pemberdayaan. Akun Instagram-nya @biancafbts tak hanya berisi foto-foto estetik, tetapi juga kampanye kecil soal kesetaraan, literasi digital, dan pengembangan diri. “Kita semua punya panggung sendiri. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya,” ujarnya.
Fransisca Bianca Tesalonica membuktikan bahwa perempuan muda bisa menjadi jembatan antara dunia industri, budaya, dan sosial. Ia tidak hanya cantik di panggung, tetapi juga tangguh di lapangan. “Menjadi perempuan hari ini adalah tentang keberanian mengambil posisi, dan tetap peduli pada sekitar,” tuturnya.