
Surabaya, TeropongJakarta.com – Bagi sebagian orang, traveling dan hiking hanyalah hobi untuk melepas penat. Namun, bagi Ditta, petualangan di alam bebas justru membuka jalan menuju bisnis yang menguntungkan. Dari sekadar membawa bekal pribadi, kini ia sukses mengembangkan bisnis kuliner yang berawal dari perjalanan bersama teman-temannya.
Dalam wawancara eksklusif, Ditta berbagi kisah inspiratifnya, dari awal merintis usaha hingga pengalaman seru bekerja di industri event organizer dan berinteraksi dengan artis terkenal.
Awalnya, Ditta hanya membawa dimsumnya sebagai camilan saat hiking bersama teman-teman. Tak disangka, kelezatan dimsumnya menarik perhatian mereka, hingga akhirnya banyak yang mulai memesan untuk bekal perjalanan berikutnya.
“Pertama pasti kita berangkat bareng teman-teman dan patungan buat logistik. Kebetulan produk aku dimsum, jadi awalnya aku bawain buat bekal. Lama-lama mereka malah order sendiri,” cerita Ditta.

Namun, bisnisnya tak berhenti di lingkaran pertemanan. Ia mulai membagikan dimsumnya kepada orang-orang yang ditemui selama perjalanan, dan dari situlah pelanggannya semakin bertambah.
“Kita pasti ketemu orang baru pas traveling. Aku kasih mereka coba, dan kalau mereka suka, pasti tanya beli di mana. Dari situ aku mulai promosiin dimsumnya,” tambahnya.
Tak hanya mengandalkan promosi langsung, Ditta juga aktif membagikan momen travelingnya di media sosial, sekaligus memasarkan produknya.
“Biasanya kita tukeran akun media sosial. Nah, aku sering posting tentang perjalanan dan dimsumnya, jadi mereka penasaran dan akhirnya order terus. Dari situ aku mulai open PO dan ikut pameran-pameran. Ternyata traveling yang awalnya cuma hobi malah jadi awal bisnis aku,” ungkapnya dengan bangga.

Dengan strategi ini, ia tak hanya menikmati perjalanan seru, tapi juga meraup keuntungan dari bisnisnya. “Jadi senengnya dapet, cuannya juga dapet!” ujarnya sambil tertawa.
Selain menjalankan bisnis, Ditta juga bekerja di industri promotor dan event organizer. Pekerjaannya membawanya bertemu banyak artis ternama, namun tak selalu berjalan mulus. Salah satu pengalaman paling berkesan baginya adalah saat berusaha menghubungi manajer artis besar yang awalnya tak merespons pesannya.
“Awalnya nggak ada respons. Sampai akhirnya aku approve WhatsApp centang biru, barulah mereka percaya aku bukan penipu,” katanya sambil tertawa.
Pengalamannya berkomunikasi dengan manajer artis pun cukup unik. “Pernah chat sama manajer artis besar, rasanya kayak ngomong sama Limbad! Aku tanya sesuatu, dia cuma kasih jawaban singkat atau langsung kirim lampiran tanpa basa-basi. Kayaknya Limbad aja masih lebih ramah,” ujarnya bercanda.
Di balik kesan glamor dunia event organizer, Ditta mengungkapkan tantangan besar yang harus dihadapinya. “Orang lihatnya aku jalan terus, seneng terus. Padahal di balik itu, aku bisa tidur cuma 1-2 jam sehari, mandi seminggu cuma dua-tiga kali, jarang pulang ke rumah orang tua, sampai kecapekan nangis sendiri pas kerja,” curhatnya.

Keterbatasan tim juga menjadi tantangan tersendiri. “Banyak urusan harus aku handle sendiri. Sampai ada teman yang ikut kegiatanku, terus nangis dan bilang nggak mau ikut lagi karena capek banget. Ini tuh kerjaan yang literally 24/7,” katanya.
Ditta juga berbagi kisah tentang titik terendah dalam hidupnya, saat keluarganya mengalami kesulitan ekonomi sewaktu ia masih SMA.
“Saat itu ekonomi keluarga sedang sulit, tapi aku belum bisa bantu apa-apa karena masih sekolah. Rasanya sedih banget, merasa gagal sebagai anak,” kenangnya.
Namun, ia berhasil bangkit berkat tekad dan kerja kerasnya. “Kalau lagi down, aku selalu ingat keluarga. Aku nggak mau mereka tahu aku lagi susah. Aku harus tetap terlihat baik-baik saja” ujarnya penuh semangat.
Ditta juga memberikan pandangannya soal cinta dan kehidupan. Ia menekankan pentingnya tidak menggantungkan kebahagiaan pada satu orang.
“Pelajaran terbesar? Jangan buang hidupmu hanya untuk satu lelaki. Mumpung masih muda, bertemanlah sebanyak mungkin, eksplor banyak hal, dan cari kebahagiaan sendiri,” tegasnya.
Bagi mereka yang masih bingung dengan karier atau merasa takut mencoba hal baru, Ditta punya pesan inspiratif: “Jangan takut mencoba hal baru. Selama itu nggak menyalahi aturan, lakukan saja. Kalau kita nggak pernah coba, gimana kita tahu hasilnya? Yang penting, konsisten dan jangan malas,” katanya.

Banyak yang menganggap traveling itu mahal, tapi Ditta membantah anggapan tersebut. “Nggak mahal kalau kita bisa atur budget. Misalnya, pakai mode backpacker, ajak teman biar bisa sharing cost, atau bandingkan harga open trip dan perjalanan sendiri. Intinya pintar-pintar cari cara hemat,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa semakin hemat perjalanan, semakin banyak tantangan, tapi itu justru membuat pengalaman lebih seru. “Kalau makin hemat, biasanya makin ribet. Tapi itu yang bikin perjalanan semakin seru dan berwarna,” tutupnya.
Ditta adalah bukti nyata bahwa dengan kreativitas dan kerja keras, hobi bisa menjadi sumber penghasilan. Kisahnya menginspirasi banyak orang untuk tidak takut mencoba hal baru dan melihat peluang di setiap perjalanan hidup.