
Blitar, TeropongJakarta.com – Yayuk Wahyuni bukanlah nama pesohor, bukan pula selebritas di media sosial. Ia hanya seorang TKW biasa asal Blitar, Jawa Timur, yang sejak tahun 2017 memutuskan merantau ke Hong Kong demi mengubah nasib. Namun di balik status “biasa” itu, Yayuk menyimpan kisah luar biasa tentang perjuangan seorang perempuan, ibu tunggal, dan pejuang ekonomi keluarga.
Keputusannya meninggalkan tanah air bukan tanpa alasan. Saat itu, suaminya kehilangan pekerjaan, dan ekonomi keluarga terpuruk. Yayuk pun memberanikan diri untuk menjadi pekerja migran dengan harapan bisa membantu bangkit dan menopang hidup keluarga kecilnya. “Aku niatnya bantu suami dan cukupi kebutuhan anak,” ujarnya.
Namun hidup tidak selalu sesuai rencana. Ketika ekonomi mulai membaik dan ia berharap bisa kembali membangun keluarga, kenyataan pahit menampar. Suaminya berselingkuh dengan wanita lain. “Saat semuanya sudah mulai tertata, dia malah mengkhianati aku,” kata Yayuk.

Tak ingin tenggelam dalam keterpurukan, Yayuk memilih berdiri sendiri. Ia menggugat cerai dan memilih untuk tetap tinggal di Hong Kong demi masa depan sang anak. “Pantang pulang sebelum target tercapai. Aku ke sini demi anak, maka pulang nanti harus bawa hasil buat dia,” ujarnya tegas.
Di sela pekerjaannya sebagai pengasuh dua anak laki-laki, Yayuk mulai menekuni usaha jualan online. Bermodal waktu luang dan semangat bertahan, ia mulai memasarkan produk-produk Indonesia lewat media sosial. Tahun 2018 jadi titik awalnya membuka jasa titip dan jualan barang kebutuhan rumah tangga serta kosmetik.
Pengalaman masa lalu di dunia marketing, dari sales motor hingga SPG, menjadi modal penting baginya. Dengan keahlian itu, Yayuk merintis bisnis kecil-kecilan yang kini mulai berkembang. Ia bahkan mempekerjakan adiknya sendiri sebagai admin untuk membantu operasional di Indonesia. “Alhamdulillah sekarang customer sudah lumayan, jadi bisa mulai nyetok barang sedikit demi sedikit,” ujarnya.

Meski bekerja penuh sebagai pekerja rumah tangga, Yayuk mampu membagi waktu dengan efisien. Ia mengantar anak majikan sekolah, memasak, belanja ke pasar, dan membersihkan rumah. Di saat semua urusan selesai, ia memanfaatkan waktu luangnya untuk mengurus bisnis online. “Tinggal pintar-pintar atur waktu saja,” tuturnya.
Yang membuat Yayuk merasa beruntung adalah lingkungan kerja yang suportif. Bosnya di Hong Kong sangat pengertian, bahkan memperlakukannya layaknya keluarga sendiri. “Dari awal aku cerita semua masalahku, mereka mengerti dan selalu mendukung. Itu yang bikin aku betah dan kuat,” ungkapnya.
Tantangan terberat dalam hidupnya datang saat ia tengah merintis rumah dan mendapati kabar perselingkuhan sang suami. Bertepatan dengan ulang tahunnya, ia dinyatakan positif Covid-19 dan harus menjalani karantina. “Mental benar-benar jatuh waktu itu. Tapi syukur ada orang tua, teman, dan bos yang terus dukung aku,” katanya.

Kini, Yayuk memilih fokus menata masa depan. Ia telah melewati masa gelap dalam hidupnya, dan kini mulai melihat terang. Berat badannya yang dulu hanya 45 kg akibat stres, kini naik menjadi 55 kg sebagai simbol bahwa ia telah pulih secara fisik dan batin. “Aku sibukkan diri dengan kerja, belajar marketing, dan wujudkan satu-satu wishlist ku,” ucapnya penuh syukur.
Dengan segala pencapaiannya, Yayuk tak mengklaim dirinya hebat. Ia tahu masih banyak PMI lain yang jauh lebih sukses. Tapi bagi Yayuk, pencapaian saat ini lebih dari cukup. Ia sudah membuktikan bahwa keberanian untuk bertahan dan berubah bisa membuka jalan menuju kehidupan yang lebih baik.
Kisah Yayuk Wahyuni adalah cermin dari ribuan pekerja migran Indonesia yang berjuang diam-diam di negeri orang. Mereka bukan hanya tulang punggung keluarga, tetapi juga penggerak roda ekonomi desa, kota, bahkan negeri. Dan seperti Yayuk, mereka layak mendapatkan sorotan, bukan hanya belas kasihan.