
Bogor, TeropongJakarta.com – Jatuh, bangkit, lalu tumbuh. Itulah tiga kata yang merangkum perjalanan Setazabrina, perempuan tangguh asal Bogor yang lebih dikenal dengan panggilan Sabrina. Ia memulai usahanya sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dari berjualan kecil-kecilan ke teman sekolah, Sabrina sudah belajar prinsip dasar berdagang dan membangun kepercayaan pelanggan sejak dini.
Semangat kewirausahaan itu terus tumbuh saat ia melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Tanpa sokongan dana dari keluarga, Sabrina membiayai kuliahnya sendiri. Ia bekerja paruh waktu sembari membangun bisnis fashion dengan menjual hijab dan baju perempuan. Tak hanya itu, ia juga membuka usaha kuliner hingga berhasil mendirikan lima cabang coffeeshop di wilayah Bogor dan sekitarnya.
Namun pandemi Covid-19 mengubah segalanya. Dalam hitungan bulan, kelima gerai coffeeshop-nya terpaksa ditutup. Keuangan terguncang, usaha runtuh. “Saya sempat merasa gagal total. Usaha yang saya bangun bertahun-tahun habis begitu saja,” kenangnya saat ditemui TeropongJakarta, di workshop miliknya, Barqah Florist, pekan lalu.

Alih-alih larut dalam keterpurukan, Sabrina mulai bangkit. Ia memilih terjun ke bidang yang belum pernah ia sentuh secara serius sebelumnya: tanaman hias dan bunga. Dari hobi merangkai bunga untuk hadiah ulang tahun, ia mengembangkan ide bisnis florist yang kemudian ia beri nama Barqah Florist. “Saya percaya, bunga itu bukan sekadar hiasan. Ia membawa harapan dan semangat baru,” ujarnya sambil tersenyum.
Usahanya tak sia-sia. Barqah Florist kini menjadi salah satu toko bunga paling dikenal di kawasan Bogor. Kliennya datang dari kalangan UMKM hingga brand besar nasional. Sabrina kerap dipercaya menyediakan dekorasi dan rangkaian bunga untuk peresmian toko, peluncuran brand, hingga acara resmi instansi pemerintah. “Awalnya saya kirim satu dua buket, lama-lama dipercaya handle acara besar,” ungkapnya.
Tak berhenti di florist, Sabrina terus memperluas usahanya. Ia membuka salon kecantikan dan layanan makeup artist yang kini memiliki pelanggan tetap, khususnya perempuan muda yang ingin tampil profesional di berbagai acara. Selain itu, ia juga membangun studio penyewaan busana untuk pernikahan, wisuda, dan event formal lainnya. Lokasi studionya yang strategis di tengah Kota Bogor menjadikannya mudah dijangkau pelanggan dari berbagai daerah.

Dalam setiap langkah bisnisnya, Sabrina selalu menekankan nilai kebermanfaatan. Ia tak hanya ingin sukses sendiri. Lewat workhouse yang ia kelola, Sabrina membuka pelatihan keterampilan gratis untuk perempuan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Hingga kini, sudah hampir 100 perempuan ia latih dalam berbagai bidang seperti merangkai bunga, dasar-dasar makeup, hingga beriklan di sosial media.
“Saya pernah merasakan bagaimana sulitnya bangkit sendirian. Maka dari itu saya ingin menciptakan ruang untuk mereka belajar, bekerja, dan mandiri,” kata Sabrina. Ia percaya bahwa pemberdayaan perempuan adalah kunci memajukan ekonomi keluarga dan masyarakat.
Program pelatihan yang ia jalankan terbukti memberi dampak nyata. Banyak alumni pelatihannya yang kini membuka usaha kecil sendiri di rumah. Beberapa bahkan sudah rutin menerima pesanan dekorasi dan makeup dari klien lokal. “Sabrina itu bukan cuma mentor, dia juga penyemangat. Kami merasa dilihat dan dihargai,” ujar Ika, salah satu peserta pelatihan.

Sabrina juga aktif membangun jejaring dengan komunitas pelaku UMKM lokal di Bogor. Ia kerap menjadi pembicara dalam seminar kewirausahaan perempuan, hingga mendampingi peserta dalam pengembangan produk dan pemasaran. “UMKM bukan sekadar usaha kecil-kecilan. Kalau dikelola serius, bisa jadi mesin ekonomi yang luar biasa,” jelasnya.
Dengan semangat pantang menyerah dan kepedulian tinggi terhadap sesama, Setazabrina menjelma jadi simbol perempuan pelaku usaha yang adaptif, inklusif, dan inspiratif. Dari krisis, ia menemukan jalan tumbuh. Dari kegagalan, ia menciptakan peluang. “Kalau hari ini jatuh, besok kita belajar untuk berdiri. Jangan takut mulai lagi,” katanya menutup perbincangan.