
Sulawesi Selatan, TeropongJakarta.com – Dalam ritme kota yang serba cepat dan menekan, Agnes Monica, perempuan asal Asal Bantaeng Sulawesi selatan, menemukan pelarian sekaligus kekuatan baru dalam dua kegiatan yang kini menjadi bagian dari gaya hidupnya: olahraga lari dan canyoning. Ia bukan atlet profesional, namun semangat dan konsistensinya layak jadi inspirasi.
Bagi Agnes, olahraga bukan lagi sekadar kewajiban fisik, tapi telah menjadi kebutuhan jiwa. “Motivasi saya berlari yang paling penting adalah untuk menjaga kesehatan secara umum,” ujarnya kepada teropongjakarta. Baginya, lari adalah bentuk meditasi bergerak yang mempertemukannya dengan tubuh sendiri.
Namun tak cukup hanya berlari. Nalurinya untuk menantang batas membuat Agnes menjajal olahraga ekstrem lain yang belum begitu populer di Indonesia: canyoning. “Saya suka mencoba hal-hal yang menantang, dan canyoning menawarkan itu,” ucapnya, matanya berbinar.

Canyoning, atau penelusuran ngarai, adalah gabungan antara panjat tebing, arung jeram, dan jelajah alam. Di dalamnya terdapat aktivitas seperti menuruni air terjun dengan tali, melompat ke kolam alami, menyusuri sungai, hingga memanjat bebatuan licin. “Rasanya antara deg-degan dan bahagia. Ada kepuasan tersendiri saat berhasil menaklukkan rute yang sulit,” katanya.
Agnes mengaku pengalaman canyoning paling berkesan justru datang dari medan yang tak bersahabat. Air terjun tinggi, bebatuan tajam, dan arus deras sempat membuatnya gentar. Tapi justru dari situ ia belajar pentingnya fokus, teknik, dan keberanian. “Tantangan terberat itu mengatur napas dan keberanian. Tapi begitu dilewati, rasa percaya diri saya naik drastis,” katanya.
Konsistensi dalam berlari dan canyoning membuat Agnes merasakan manfaat besar bagi kesehatan fisik dan mental. Berat badannya stabil, stamina meningkat, dan risiko penyakit kronis seperti diabetes dan jantung dapat ditekan. “Selain tubuh lebih kuat, mental juga lebih tangguh. Saya lebih sabar, tenang, dan bisa berpikir jernih,” ujarnya.

Di balik semua aktivitas itu, tersimpan manajemen waktu yang matang. Agnes bukan orang yang hidup tanpa kesibukan. Ia bekerja, punya rutinitas, dan juga berjejaring sosial. “Kuncinya adalah disiplin. Saya jadwalkan waktu olahraga seperti saya menjadwalkan rapat. Kadang pagi, kadang sore. Yang penting tidak dilewatkan,” ujarnya.
Menurutnya, olahraga tidak harus selalu panjang atau berat. Yang penting adalah kontinuitas. Bahkan dalam hari yang sibuk, ia menyelipkan 15-30 menit untuk berlari keliling kompleks. “Atau saya gabungkan aktivitas harian dengan olahraga, misalnya jalan kaki ke tempat belanja,” tambahnya.
Bagi pemula yang tertarik mencoba olahraga lari atau canyoning, Agnes menyarankan untuk tidak memaksakan diri di awal. “Fokus pada konsistensi. Mulai dari yang ringan, pelan-pelan naikkan intensitasnya. Dengarkan tubuh Anda, dan jangan malu untuk istirahat saat dibutuhkan,” pesannya.

Ia juga mengingatkan pentingnya belajar dari komunitas dan instruktur profesional, terutama untuk canyoning. “Keamanan adalah segalanya. Jangan nekat turun tebing tanpa pemandu atau alat yang tepat,” tegasnya.
Agnes membuktikan bahwa perempuan modern bisa tampil aktif, tangguh, dan sehat, tanpa meninggalkan rutinitas harian. Dengan semangat berlari dan keberanian menaklukkan alam, ia menjadi contoh bahwa hidup sehat dan penuh petualangan bukan hal mustahil. “Alam itu guru terbaik. Kita hanya perlu meluangkan waktu untuk mendengarkannya,” tutupnya.