
Morowali, TeropongJakarta.com –
Setiap pagi, saat sebagian besar warga Bahodopi masih terlelap atau bersiap menuju kawasan industri, Rya sudah mengikat sepatunya dan mulai melangkah. Perempuan muda ini tinggal di Bahodopi, Morowali, sebuah kecamatan yang kini menjadi simbol kemajuan industri nikel nasional. Tapi bagi Rya, Bahodopi juga adalah arena latihan mental dan fisik.
Jalanan Bahodopi bukanlah tempat ideal untuk aktivitas fisik. Lalu lintas didominasi truk-truk besar dan kendaraan operasional pertambangan. Debu mengepul, suara mesin meraung, dan ruang untuk pejalan kaki nyaris tak ada. Namun, di situlah Rya berlari, melawan medan yang tak ramah dan pandangan yang meremehkan.
“Awalnya saya sempat takut. Jalanan di sini benar-benar sibuk. Tapi saya sadar, kalau terus menunggu situasi sempurna, saya nggak akan pernah mulai,” ujarnya saat ditemui TeropongJakarta. Dengan tekad kuat, ia memutuskan berdamai dengan kondisi lingkungan. Ia mencari celah, waktu yang aman, dan titik-titik sepi untuk tetap bisa bergerak.

Bukan hanya truk dan debu yang harus dihadapi. Sebagai perempuan pelari di kawasan dominan laki-laki, Rya sering menerima cat calling saat sedang berlari. “Selama tidak ada kontak fisik, saya memilih mengabaikannya,” ucapnya. Baginya, konsistensi lebih penting daripada komentar yang tidak membangun.
Lari bukan hanya tentang olahraga. Bagi Rya, itu adalah bagian dari gaya hidup. Aktivitas ini membantunya menjaga kebugaran tubuh sekaligus menjadi cara untuk menenangkan pikiran. “Di saat semua terasa penat, lari selalu jadi tempat saya kembali,” katanya.
Kini, Rya tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti beberapa lomba lari di luar daerah. Ia sudah mendaftar dan menargetkan finish strong dan mencetak personal best. Untuk itu, latihan rutin adalah keharusan. “Mau tidak mau harus disiplin. Tanpa latihan, kita tidak bisa berharap hasil baik,” ujarnya.

Rya pun mulai dikenal oleh lingkungan sekitarnya sebagai “perempuan pelari Bahodopi.” Identitas ini membuatnya lebih percaya diri dan semakin bersemangat menjaga konsistensinya. “Banyak orang sudah tahu saya pelari. Jadi saya juga merasa punya tanggung jawab buat tetap jalanin ini dengan serius,” tambahnya.
Ke depan, Rya memiliki rencana untuk merangkul pelari lain di Bahodopi. Ia yakin, di balik padatnya kawasan industri ini, ada banyak orang yang juga mencintai olahraga. “Saya pengin ajak teman-teman yang punya minat sama, supaya kita bisa saling dukung dan lari bareng,” katanya.
Langkah kecil ini, menurut Rya, bisa menjadi pemantik gaya hidup sehat di tengah kerasnya lingkungan kerja tambang. Ia ingin menunjukkan bahwa meski berada di kawasan berat seperti Morowali, bukan berarti kita tidak bisa menjalani hidup aktif dan sehat.

Pesan Rya sederhana namun kuat: “Kalau kamu suka aktivitas fisik, jangan tunggu tempat sempurna. Medan, cuaca, atau situasi tidak boleh jadi alasan. Lakukan saja yang kamu suka, asal tetap waspada dan jaga keselamatan,” pungkasnya.
Di tengah gemuruh tambang dan deru truk-truk berat, Rya terus berlari. Tidak hanya untuk dirinya, tetapi untuk membuktikan bahwa perempuan pun bisa menciptakan ruang aman dan sehat, bahkan di tempat yang tampak tak bersahabat sekalipun.