Aceh, TeropongJakarta.com – Khadifa Zahwa Salsabila, yang akrab disapa Difa, adalah seorang mahasiswa berprestasi kelahiran 2002 dari Langsa, Aceh. Sejak memulai perjalanan akademisnya di Universitas Samudra (UNSAM) pada tahun 2020, Difa dengan cepat menemukan passion-nya dalam dunia debat. Di semester kedua, ia bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) komunitas debat hukum di kampusnya, dan sejak itu, prestasi demi prestasi terus ia raih.
“Sejak SMA, saya sudah beberapa kali mengikuti lomba debat baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, dan saya merasa perlu mengasah kemampuan ini lebih lanjut di lingkungan yang lebih kompetitif,” ungkap Difa.
Keaktifan Difa dalam komunitas debat membuahkan hasil yang luar biasa. Selama tiga tahun berturut-turut (2021, 2022, dan 2023), Difa terpilih menjadi perwakilan UNSAM untuk mengikuti Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI) di tingkat provinsi dan nasional. Tahun 2021 dan 2022, ia berperan sebagai debater, sementara pada tahun 2023, ia dipercaya menjadi juri.
“Menjadi juri adalah pengalaman yang berharga. Saya belajar banyak tentang objektivitas dan bagaimana memberikan penilaian yang adil dan konstruktif,” katanya.
Prestasi Difa tidak berhenti di situ. Pada tahun 2022, ia meraih juara harapan 1 dalam lomba debat politik tingkat nasional yang diselenggarakan oleh UNNES, serta menjadi juara 1 dalam debat Agrifest tingkat universitas. Keberhasilannya ini membuatnya sering dipercaya menjadi juri dalam berbagai lomba debat di kampusnya.
“Saya merasa senang dan bangga bisa dipercaya menjadi juri, karena ini menunjukkan bahwa kemampuan dan pengalaman saya diakui,” ujarnya.
Difa menekankan bahwa semua prestasi ini adalah hasil dari konsistensi dan ketekunan. “Saya tidak pernah merasa capek atau menyerah, karena saya percaya bahwa keberhasilan itu datang dari pengalaman dan jam terbang. Sepintar apapun seseorang, tanpa pengalaman, akan sulit untuk beradaptasi,” jelasnya.
Ketika ditanya tentang motivasinya dalam dunia debat, Difa menjelaskan bahwa ia merasa sudah memiliki dasar yang kuat dalam public speaking, dan sangat disayangkan jika kemampuan itu tidak dikembangkan.
“Ini seperti menemukan emas di sungai tapi tidak dimanfaatkan. Jadi, saya merasa penting untuk terus mengasah dan mengembangkan kemampuan yang sudah ada,” katanya.
Pengalaman berdebat ini juga membantu Difa meraih juara 2 dalam ajang Mahasiswa Berprestasi di UNSAM. “Proses seleksi mahasiswa berprestasi cukup menantang. Ada wawancara dalam bahasa Inggris, penilaian prestasi selama kuliah, dan pembuatan gagasan kreatif yang dipresentasikan sesuai dengan Sustainable Development Goals dan revolusi industri 4.0,” ungkap Difa. Gagasan kreatifnya, yang sesuai dengan jurusan hukum, berhasil memikat para juri dan mengantarkannya meraih juara kedua.
Difa merasa bahwa pengalaman debatnya telah membentuk pola pikir yang lebih luas dan terbuka, kemampuan problem solving, manajemen waktu, public speaking, serta kemampuan bekerja di bawah tekanan.
“Dalam debat, kita hanya diberi 15 menit untuk membangun argumen dan 7 menit untuk menyampaikan argumen secara penuh. Ini mengajarkan saya untuk berpikir cepat dan objektif,” jelasnya.
Ketekunan Difa dalam dunia debat akhirnya membuahkan hasil yang manis. Setelah wisuda pada 10 Oktober, ia langsung ditawari pekerjaan di berbagai perusahaan, kebetulan ada salah satu perusahaan sejalan dengan apa yang di pelajari selama masa kuliah dan Difa akhirnya mengiyakan tawaran di sebuah legal office.
“Saya merasa sangat beruntung dan bersyukur. Pengalaman di KDMI selama tiga tahun berturut-turut sangat beragam dan penuh tantangan, tapi saya senang bisa memberikan yang terbaik dan terus belajar dari setiap kesempatan,” katanya.
Difa juga berbagi tentang perjuangannya selama latihan debat. “Latihan debat itu hampir setiap malam selama dua minggu, bahkan sampai jam 2 pagi. Tapi karena saya mencintainya, saya menjalani semua itu dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Bertemu teman-teman dari universitas lain juga memberi saya banyak pelajaran dan inspirasi,” ungkapnya.
Melalui berbagai kompetisi dan latihan, Difa menemukan motivasi untuk terus mengembangkan diri di dunia debat. “Mental yang sudah ditempa sejak lomba-lomba debat, mental untuk tidak mudah menyerah, dan mental untuk berani memulai hal baru, itulah yang membuat saya bisa mencapai semua ini,” jelasnya.
Kini, Difa berfokus untuk terus belajar dan berkontribusi dalam dunia hukum. “Saya ingin terus berkembang dan memberikan yang terbaik, tidak hanya untuk diri saya sendiri, tapi juga untuk orang lain. Semua ini adalah bagian dari perjalanan hidup saya yang masih panjang,” tutup Difa dengan penuh semangat.
Leave a Reply