
Kota Malang, TeropongJakarta.com – Dari sekian banyak pilihan tema, Anisa Dwi Arianti menjatuhkan hatinya pada wisata dan kuliner. Dua bidang yang baginya bukan sekadar hiburan, melainkan pintu masuk memahami dunia. “Wisata selalu memberi pengalaman baru, membuka mata pada budaya dan sudut pandang yang berbeda. Sementara kuliner adalah cara paling sederhana untuk mengenal sebuah daerah,” katanya.
Bagi Anisa, pilihan itu punya makna personal. Malang, kota tempat ia tinggal, memang dipenuhi destinasi wisata dan kuliner yang nyaris tak ada habisnya. Menyusuri kota sendiri lalu membagikannya melalui konten terasa seperti menghadiahkan kebahagiaan kecil untuk orang lain. “Dua hal ini seperti jendela kecil untuk memahami dunia sekaligus cara membagikan kebahagiaan,” ujarnya.
Anisa mulai merintis jalan sebagai konten kreator sejak duduk di bangku kelas 11 SMK. Awalnya, ada keraguan apakah ia bisa menyeimbangkan dunia kreatif dengan kewajiban belajar. Namun, perjalanan membuktikan sebaliknya. “Aku bisa mengimbangi proses belajarku sekaligus membuat konten. Semuanya berjalan lancar,” tuturnya.

Dalam setiap karyanya, Anisa percaya konten yang kuat bukan hanya soal visual, melainkan juga narasi. Ia selalu berusaha menambahkan cerita di balik gambar tentang suasana tempat, kisah penjual, atau pengalamannya sendiri. Dengan begitu, audiens tak hanya menonton, melainkan ikut merasa terhubung.
Keyakinan itu diuji ketika ia mengikuti Content Creator Academy 2025 by Smartfren. Proses seleksi yang ketat menuntutnya menyiapkan ide, konsep, dan presentasi di depan juri. “Itu salah satu pengalaman paling berharga buatku. Aku belajar banyak hal, terutama public speaking,” ujarnya.
Ajang itu memberinya lebih dari sekadar penghargaan. Anisa bertemu komunitas kreator muda dari berbagai daerah. “Rasanya seperti dapat keluarga baru yang saling mendukung di dunia kreatif,” katanya. Ia belajar bahwa kreativitas membutuhkan konsistensi, riset, sekaligus keberanian menampilkan gaya sendiri.

Namun, popularitas di media sosial punya tantangan tersendiri. Tren cepat berganti, sementara audiens Gen Z menuntut keaslian. Anisa menghadapinya dengan sederhana: selalu kembali ke hal yang ia sukai. “Gen Z butuh sesuatu yang jujur, sederhana, tapi kreatif. Jadi aku berusaha menghadirkan itu tanpa kehilangan karakternya,” tuturnya.
Ia tak menampik bahwa menjaga konsistensi kadang melelahkan. Tetapi, semangat untuk tetap autentik membuatnya bertahan. “Kalau kita hanya ikut-ikutan tren tanpa dasar, cepat sekali hilang. Tapi kalau ada passion, kita akan tetap relevan,” katanya.
Untuk adik-adik kelas yang bermimpi menjadi kreator digital, Anisa menitipkan pesan sederhana: jangan menunggu sempurna untuk memulai. “Aku dulu hanya pakai kamera HP. Yang penting keberanian dan konsistensi,” ujarnya. Baginya, kesalahan justru bagian dari proses tumbuh.

Ke depan, ia membayangkan mimpi yang lebih besar. Anisa ingin membangun sebuah brand kreatif yang fokus pada wisata dan kuliner lokal Indonesia. Harapannya bukan hanya memperkuat personal branding, melainkan juga mengangkat UMKM, memperkenalkan budaya, dan memberi manfaat nyata untuk masyarakat.
“Rasanya akan sangat membahagiakan kalau konten yang kubuat bisa membawa manfaat lebih besar,” katanya. Ia percaya, kekuatan digital bisa menjadi jembatan antara generasi muda dengan kekayaan lokal Indonesia.
Belakangan, Anisa juga mulai menerapkan gaya hidup sehat dengan rutin berolahraga di gym. Aktivitas itu, katanya, membuat fisik lebih bugar dan pikiran lebih segar. “Hidup sehat itu mendukung produktivitasku sebagai kreator. Jadi bisa lebih fokus dan semangat,” ujarnya.
Di usia muda, Anisa Dwi Arianti meneguhkan pilihan: menjadikan konten sebagai jalan hidup. Bukan sekadar mengejar popularitas, melainkan meramu cerita, budaya, dan cita rasa menjadi bagian dari perjalanan kreatifnya.