
Yogyakarta, TeropongJakarta.com – Di tengah hiruk-pikuk rutinitas anak muda masa kini, Fillia Afiani Setyaningsih melangkah dengan irama yang tak biasa. Perempuan kelahiran Jepara yang kini menetap di Yogyakarta ini tak hanya dikenal sebagai perawat muda, tetapi juga aktif sebagai model dan penggerak komunitas perempuan. Di usianya yang masih awal 20-an, Fillia telah menjelma menjadi simbol perempuan produktif Gen Z yang berdaya, multitalenta, dan punya visi sosial.
“Usia 20-an adalah masa yang sangat relevan untuk menciptakan karya dan mencoba banyak peluang,” ujar Fillia saat ditemui di sela kegiatannya di Zona Model Indonesia, tempat ia mengasah bakat modeling sekaligus menjalin jejaring dengan talenta-talenta muda lainnya. Ia meyakini, masa ini akan menjadi pijakan penting untuk karakter dan pencapaian hidup dalam sepuluh tahun ke depan.
Sebagai anak pertama dari dua bersaudara, Fillia menyadari perannya bukan sekadar kakak, tetapi juga panutan. Ia ingin menjadi teladan yang memberi arah bagi adiknya, sekaligus menghadirkan inspirasi bagi perempuan muda lainnya. “Tanggung jawab moral itu bukan beban, justru jadi energi untuk terus berkembang,” ujarnya.

Selain menjalani pekerjaan sebagai tenaga kesehatan, Fillia menekuni dunia modeling secara profesional. Ia tergabung dalam Zona Model Indonesia dan kerap tampil di berbagai panggung dan kampanye sosial. Dunia modeling, menurutnya, bukan sekadar soal penampilan, tapi tentang keberanian mengekspresikan diri dan membangun kepercayaan diri di ruang publik.
Tak berhenti di sana, Fillia juga aktif di sejumlah komunitas pemberdayaan perempuan, seperti Beauty Muslimah Yogyakarta dan Miss Glow Indonesia. Tahun ini, ia bahkan dipercaya sebagai National Director Miss Glow Indonesia jabatan yang menunjukkan kepercayaan besar terhadap kapasitas dan integritasnya.
Namun, berada di tengah era digital juga menghadirkan tantangan tersendiri. “Godaan teknologi itu nyata. Media sosial bisa jadi ladang belajar dan promosi, tapi juga bisa menyedot waktu tanpa hasil,” ujar Fillia. Ia menekankan pentingnya kedisiplinan dalam mengatur waktu agar tak larut dalam pola konsumtif digital.

Dalam pandangannya, produktif bukan hanya soal kerja keras dan gaji besar. Lebih luas dari itu, produktivitas mencakup pengembangan diri secara mental, emosional, dan spiritual. “Berguna untuk sesama adalah bentuk produktivitas yang paling membahagiakan,” ucapnya.
Salah satu sumber ketenangan batin yang ia jaga adalah keterlibatan dalam aktivitas sosial. “Melihat orang lain terbantu, hanya dengan sedikit kontribusi kita, itu rasanya luar biasa. Bikin saya makin bersyukur,” kata perempuan yang dikenal murah senyum itu.
Ia juga tak ragu menyampaikan pesan bagi sesama perempuan muda. Menurutnya, fase usia 20-an justru saat terbaik untuk menjelajah banyak kemungkinan gagal boleh, menyerah jangan. “Nggak semua harus sempurna di awal. Tapi semua harus dicoba agar tahu yang cocok untuk kita,” ungkapnya.

Dengan segala kesibukannya, Fillia tetap menempatkan pentingnya menjaga kesehatan mental. Ia percaya, keberhasilan bukan hanya terlihat dari luar, tapi juga dari kedamaian yang terasa di dalam. “Perempuan kuat itu bukan yang sempurna, tapi yang terus belajar dan berani mencoba,” ujarnya.
Di akhir percakapan, Fillia menyampaikan harapannya. “Semoga kita menjadi perempuan yang mengusahakan hal-hal baik, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk banyak orang,” tutupnya, seraya menyusun rencana untuk proyek pemberdayaan perempuan berikutnya.