Surabaya, TeropongJakarta.com – Zahwa Aulia, mahasiswa semester 7 Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Surabaya, telah menjadi contoh inspiratif bagi banyak orang. Dengan berbagai aktivitas yang dijalaninya, Zahwa berhasil membagi waktu antara kuliah, mengajar, menjabat sebagai kepala divisi di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), serta menjadi volunteer di berbagai kegiatan sosial.

Menurut Zahwa, kunci keberhasilannya dalam mengatur waktu adalah dengan membuat skala prioritas dari semua kegiatan yang diikuti. “Saya melihat urgensi dari setiap aktivitas yang saya lakukan. Dari situ, saya bisa menentukan mana yang harus didahulukan,” ungkapnya. Dengan pendekatan ini, Zahwa mampu menjalani berbagai tanggung jawabnya tanpa merasa kewalahan.

Motivasi utama Zahwa adalah memanfaatkan statusnya sebagai mahasiswa secara maksimal. “Menjadi mahasiswa merupakan sebuah privilege yang harus saya gunakan. Tidak hanya belajar dan duduk di kelas mendengarkan dosen, tetapi juga bagaimana kita bisa melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi diri kita maupun orang lain,” katanya. Bagi Zahwa, ilmu yang diperoleh di bangku kuliah harus bisa diaplikasikan dan memberikan manfaat bagi orang lain.

Namun, perjalanan Zahwa tidak selalu mulus. Terkadang, ia menghadapi tantangan yang cukup berat, termasuk kehilangan semangat saat masalah datang dan mengalami burnout karena banyaknya kegiatan. “Di samping itu semua, cara mengatasinya adalah dengan kembali lagi memikirkan bagaimana perjuangan saya sudah ada di titik ini sampai detik ini,” jelasnya. Refleksi diri ini membantu Zahwa untuk terus maju dan tidak menyerah.

Pengalaman Zahwa sebagai kepala divisi di BEM sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadinya. Menurutnya, menjadi seorang kepala divisi menuntut kemampuan untuk mempengaruhi dan bernegosiasi dengan orang lain, yang secara langsung mempengaruhi manajemen waktunya. “Saya harus bisa menjadi pribadi yang lebih tanggung jawab,” tambahnya. Keterampilan kepemimpinan dan negosiasi ini sangat membantu Zahwa dalam mengelola berbagai tanggung jawabnya.

Selain itu, menjadi guru adalah salah satu hal yang paling dinikmati Zahwa. “Saya bisa mendengar dan bercengkerama dengan murid saya, menyalurkan ilmu, serta belajar dari perilaku anak-anak di kelas. Dari situ, saya belajar bagaimana harusnya menjadi ibu yang baik nantinya,” tuturnya. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pengetahuannya tetapi juga membantu dalam pengembangan pribadinya.

Sebagai volunteer, Zahwa memiliki pengalaman paling berkesan ketika ditunjuk menjadi fasilitator atau ketua yang harus memimpin teman-teman dari seluruh nusantara. “Pengalaman ini sangat berharga bagi saya karena saya bisa belajar memimpin dan berinteraksi dengan berbagai macam orang dari latar belakang yang berbeda,” ceritanya. Kesempatan ini menambah wawasan dan keterampilannya dalam berorganisasi.

Untuk para mahasiswa lainnya, Zahwa memberikan saran yang penuh motivasi. “Jangan takut mencoba, habiskan jatah gagalmu selagi muda, jangan hiraukan orang yang membencimu, dan tetaplah mempunyai prinsip sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain,” pesannya. Bagi Zahwa, keberanian untuk mencoba hal-hal baru dan tidak takut gagal adalah kunci untuk berkembang dan sukses.

Dengan berbagai aktivitas yang dijalani, Zahwa Aulia menunjukkan bahwa dengan manajemen waktu yang baik, motivasi yang kuat, serta kemampuan untuk menghadapi tantangan, seseorang dapat mencapai banyak hal dan memberikan dampak positif bagi diri sendiri maupun orang lain. Zahwa adalah bukti nyata bahwa mahasiswa bisa menjadi agen perubahan dan inspirasi bagi lingkungan sekitarnya.