Lampung, TeropongJakarta.com – Perjalanan hidup penuh perjuangan tak membuat Wijah Rahayu, atau yang lebih dikenal dengan nama “Suci Dalam Debu,” menyerah pada nasib. Lulusan SMP asal Lampung ini sukses memberangkatkan kedua orang tuanya ke Baitullah dan membangun rumah pribadi berkat kerja kerasnya sebagai buruh migran.
“Saya ingin membuktikan bahwa sukses tidak hanya milik mereka yang berpendidikan tinggi. Selama kita berusaha dengan cara yang halal, kita juga bisa sukses dengan versi kita sendiri,” ujar Wijah dalam wawancara eksklusif.
Wijah mengisahkan masa kecilnya yang penuh tantangan. Lulus SMP pada 2015, ia terpaksa mengubur cita-citanya menjadi seorang guru karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit. “Sedih pasti, melihat teman-teman berangkat sekolah sementara saya hanya bisa tinggal di rumah,” kenangnya.

Namun, kondisi tersebut tak membuatnya menyerah. Pada tahun 2017, Wijah mengambil keputusan besar untuk merantau ke Singapura sebagai pekerja migran. Meski awalnya merasa minder dengan pekerjaannya, ia perlahan menyadari bahwa mencari nafkah dengan cara halal adalah suatu kehormatan. “Saya sempat menangis merasa rendah diri. Tapi akhirnya saya sadar, kerja keras dengan cara halal itu mulia,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Setelah kontraknya di Singapura selesai, Wijah memutuskan untuk melanjutkan perjuangannya ke Hong Kong pada tahun 2018. Di sana, ia mulai merancang rencana keuangan dengan cermat. “Saya buat planning jelas, dari memperbaiki rumah, membiayai pendidikan adik-adik, hingga membantu perekonomian keluarga,” jelasnya.
Melalui perencanaan tersebut, hasil dari kontrak kedua di Hong Kong berhasil ia wujudkan dalam bentuk rumah impian yang kini ditempatinya. Namun, kesuksesannya tidak berhenti di situ. Pada kontrak ketiga, Wijah berhasil mewujudkan cita-cita besar lainnya: memberangkatkan kedua orang tuanya ke Baitullah.

“Ini adalah momen paling mengharukan dalam hidup saya. Dulu hanya mimpi, tapi kini Allah benar-benar mewujudkannya,” ucapnya penuh haru.
Sebagai anak kedelapan dari sepuluh bersaudara (dari total dua belas bersaudara), Wijah sering mendapat pandangan merendahkan dari lingkungan sekitar. “Banyak yang meremehkan karena kami berasal dari keluarga besar dengan banyak anak. Tapi saya yakin, di balik kesulitan pasti ada kemudahan,” tuturnya penuh keyakinan.
Kini, di tengah kesibukannya bekerja, Wijah tetap aktif mengembangkan diri. Ia mengikuti berbagai kelas online seperti public speaking, baking, desain grafis, dan bahkan mulai merintis sebagai content creator. “Saya ingin berbagi inspirasi kepada banyak orang, terutama mereka yang merasa minder dengan pekerjaannya,” ungkapnya.
Wijah juga pernah aktif dalam komunitas buruh migran di Hong Kong yang membantu pekerja menghadapi masalah dengan majikan. Dari situ, ia belajar mengasah kemampuan berbicara di depan umum hingga berkesempatan menjadi MC dalam acara internasional. “Pengalaman itu mengajarkan saya bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk bertumbuh,” tambahnya.

Dalam wawancara, Wijah menyampaikan harapannya untuk masa depan. Ia bercita-cita membangun usaha di Indonesia yang mampu memberdayakan anak muda, terutama mereka yang tidak memiliki ijazah tinggi. “Sukses bukan soal gelar, tapi soal kemauan untuk bekerja keras dan berusaha dengan tekun,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya memanfaatkan kemajuan teknologi dengan positif. “Sekarang banyak kelas gratis di YouTube, mulai dari kerajinan tangan sampai kuliner. Jangan sia-siakan smartphone hanya untuk hiburan semata, tapi manfaatkan untuk belajar hal baru,” pesannya.
Wijah mengakui bahwa perjuangan menjadi pekerja migran bukanlah hal mudah. Rasa rindu terhadap keluarga di kampung halaman sering kali menghampirinya. “Terkadang ingin menyerah, tapi saya selalu ingat bahwa perjuangan ini demi keluarga. Itu yang membuat saya terus bertahan,” ucapnya.

Ia mengingatkan bahwa kunci utama kesuksesan adalah niat, usaha, dan doa. “Tidak ada yang bisa mengubah nasib kita selain diri sendiri. Bahkan Tuhan pun baru akan mengubah nasib kita jika kita mau berusaha dan berdoa,” ujar Wijah dengan penuh semangat.
Sebagai penutup, Wijah berharap kisahnya dapat menginspirasi banyak orang, terutama anak muda yang tengah berjuang menghadapi keterbatasan hidup. “Jangan malu dengan pekerjaan yang halal. Selama itu berkah, sukses pasti datang,” pesannya menutup wawancara.
Semoga kisah Wijah Rahayu ini dapat menjadi motivasi bagi banyak orang bahwa setiap tantangan dalam hidup dapat diubah menjadi peluang untuk meraih kesuksesan.
Leave a Reply