
Cirebon, TeropongJakarta.com – Hidup dalam kemiskinan sejak kecil tidak membuat Komala, 32 tahun, asal Cirebon, Jawa Barat, menyerah pada keadaan. Lahir dari keluarga tak mampu dan bahkan tidak menyelesaikan pendidikan dasar, ia justru menjadikan kekurangan itu sebagai bahan bakar untuk mengubah hidup.
“Tidak ada yang mudah. Masa kecil saya serba kekurangan. Makan susah, pakaian tidak layak, rumah pun seadanya,” ujar Komala.
Perjalanan hidup Komala berubah drastis sejak memutuskan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke Hongkong pada tahun 2018. Saat itu, ia baru bercerai dan harus meninggalkan anaknya yang baru berusia 1,5 tahun demi mengejar masa depan yang lebih baik.
Dorongan terbesar Komala adalah ekonomi dan keinginannya memberikan kehidupan yang layak untuk anaknya. “Saya tidak mau anak saya mengalami hidup susah seperti saya dulu. Biar saya saja yang merasakan, jangan anak saya,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Keberangkatan ke Hongkong bukan tanpa tantangan. Saat itu, ia berangkat tanpa ijazah sesuatu yang hari ini mungkin hampir mustahil dilakukan karena regulasi yang semakin ketat. “Saya bersyukur saat itu masih bisa berangkat. Sekarang mungkin saya tidak akan lolos,” katanya.
Selama lima tahun pertama di Hongkong, ia tak bisa pulang karena pandemi Covid-19. Di saat bersamaan, kedua orang tuanya meninggal dunia dan anak semata wayangnya diambil oleh mantan suami. Masa-masa itu menjadi pukulan yang sangat berat.
“Tapi saya sadar, kesuksesan itu ada konsekuensinya. Tidak semua bisa berjalan ideal. Saya harus kuat,” ujar Komala. Ia mengaku sempat hancur, namun kekuatan melihat anak dan ingatan akan masa kecil yang sulit membuatnya bangkit.
Setelah lima tahun, Komala akhirnya pulang. Namun hanya sebentar, karena ia memutuskan kembali ke Hongkong untuk bekerja selama dua tahun lagi. Selama tujuh tahun total di Hongkong, ia hidup hemat dan menabung sekuat tenaga.

“Hasilnya alhamdulillah, saya bisa beli rumah, tanah, dan punya tabungan. Semua itu saya raih dengan air mata dan kerja keras,” ucapnya. Komala menekankan bahwa kedisiplinan dan tekad adalah kunci utama.
Ia mengaku tantangan terbesar sebagai TKW bukan hanya pekerjaan rumah tangga, melainkan penyesuaian diri dengan budaya dan agama yang sangat berbeda. Tapi semua itu ia hadapi dengan lapang dada.
“Yang selalu bikin saya kuat hanya satu: anak saya. Saya tidak ingin dia merasa lapar seperti saya dulu. Saya ingin dia punya masa depan,” tegas Komala.

Kini, ia kembali ke Indonesia membawa semangat baru. Ia ingin membuka usaha dan terus berkembang. Ia juga aktif berbagi pengalaman dengan perempuan lain di sekitarnya agar mereka tak takut mencoba hal baru.
“Pesan saya untuk wanita-wanita hebat di luar sana: kalian itu hebat. Jangan takut tantangan. Belajar, bergaul dengan orang yang lebih pintar, dan jangan pernah merasa diri kalian kecil,” katanya menutup.
Kisah Komala menjadi inspirasi bahwa dari keterbatasan pun, mimpi tetap bisa digapai. Dengan niat, keberanian, dan kerja keras, tak ada yang tak mungkin even for someone who never finished elementary school.