Bali, TeropongJakarta.com – Farah Isabella Nur Fakih semakin dikenal dalam dunia pageant hijab di Indonesia, terutama setelah mengikuti ajang Putri Hijabfluencer. Perjalanan Farah di dunia pageant hijab dimulai pada tahun 2021, tak lama setelah ia lulus S1 Ilmu Komunikasi. Meski tanpa pengalaman di dunia pageant, Farah nekat terjun dengan penuh keyakinan. Debutnya di ajang Putri Hijab Bali langsung membawanya ke jajaran Top 5, sebuah pencapaian yang luar biasa. Namun, meski sukses, perjalanan tersebut tidak selalu mudah.
“Pada awal tahun 2021, aku tahu tentang Putri Hijab Bali dan merasa mampu berpartisipasi. Meski belum paham dunia pageant, ternyata setelah melewati tahap wawancara, aku lolos Top 5. Sayangnya, aku terpaksa mundur karena keterbatasan waktu dan materi,” ujar Farah mengenang.
Tidak menyerah, Farah melihat ada peluang lebih besar di masa depan. Ia yakin bahwa dengan modal keberanian saja bisa lolos, apalagi jika ia mempersiapkan diri lebih baik. Pada tahun 2022, Farah mengambil keputusan besar dengan mengundurkan diri dari pekerjaannya untuk fokus belajar menjadi seorang influencer.
Tahun 2022 menjadi titik balik bagi Farah. Ia mulai membangun dirinya sebagai konten kreator di Instagram dan TikTok. “Awalnya, aku memulai dari endorse produk secara barter tanpa bayaran, tapi aku melihat itu sebagai proses belajar. Perlahan, aku mulai bekerja sama dengan berbagai brand besar,” jelas Farah.
Kesempatan besar datang di tahun 2023 ketika Farah mengikuti seleksi Brand Ambassador Syedskin, sebuah brand teh herbal. Ia lolos seleksi dan mendapat Golden Ticket menuju Putri Hijabfluencer Indonesia 2023 tingkat nasional. “Aku mengikuti seleksi dengan santai, tidak menyangka bisa lolos langsung ke tingkat nasional tanpa harus melewati babak penyisihan dan gratis administrasi nasional,” kenang Farah dengan senyum.
Dukungan dari keluarga, terutama ibunya, sangat berarti bagi Farah selama perjalanan ini. “Mamaku, yang dulunya seorang penari, selalu berharap aku bisa tampil di panggung. Dukungan dari mama, teman-teman, dan komunitas daerah benar-benar memotivasi aku,” ungkapnya.
Selain itu, bantuan dari Remaja Masjid Agung Ibnu Batutah yang mengajukan bantuan dana ke yayasan masjid juga menjadi faktor penting dalam perjalanan Farah. “Biaya perjalanan dan pengeluaran lainnya disokong oleh yayasan masjid daerahku. Bantuan ini sangat berarti dan membuatku semakin semangat,” katanya.
Setelah ajang nasional, Farah mengambil langkah besar dengan mengajukan diri sebagai Regional Director (RD) Putri Hijab Bali, yang disahkan oleh pihak pusat. “Aku mengajukan diri menjadi RD, karena aku ingin membawa perubahan di Bali dan berkontribusi lebih. Aku yakin dengan pengalaman yang sudah kudapatkan, bisa membantu generasi PHBali berikutnya,” tambahnya.
Sebagai RD, Farah berhasil memajukan Putri Hijab Bali ke tingkat nasional. Pada tahun 2024, tim Bali berhasil meraih beberapa prestasi, seperti Putri Persahabatan, Top 25, dan Top 3 Bakat Terbaik. “Aku sangat bangga dengan pencapaian mereka. Mereka hanya butuh arahan yang tepat, dan aku senang bisa membantu,” ucapnya.
Tidak hanya menjadi RD, Farah juga mendirikan Putri Hijab Academy (PHA) di Denpasar, yang merupakan sekolah model dan influencer hijab pertama di Bali. “Aku merasa Bali butuh tempat yang bisa membina para hijabers untuk mengembangkan potensi mereka. Dengan lisensi dari pusat, aku mendirikan dan menjadi Co-Founder PHA di Bali,” ungkapnya.
Meski begitu, Farah tidak menampik bahwa memperkenalkan pageant Putri Hijab Bali di masyarakat merupakan tantangan tersendiri. “Banyak yang belum mengenal ajang ini, tapi kami berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat setempat,” jelasnya.
Farah juga menekankan pentingnya toleransi di Bali yang mayoritas beragama Hindu. “Kami hidup di lingkungan yang sangat toleran. Meski minoritas, komunitas hijab bisa berkembang dengan baik di Bali,” katanya.
Selain dukungan dari komunitas, peran suaminya juga sangat penting. “Suami saya sangat mendukung setiap langkah yang saya ambil. Mulai dari perjalanan pertama saya menjadi RD ke Jakarta untuk Grand Final Nasional 2024 hingga mendukung saya mengajar di PHA setiap minggu. Kehadiran suami membuat saya bisa bertahan dan terus maju,” ujar Farah dengan penuh rasa syukur.
Farah menutup ceritanya dengan renungan perjalanan panjang yang telah ia lalui. “Dulu saya hanya berharap bisa ke nasional, dan saya bisa dapatkan dengan Golden Ticket. Lalu sekarang Allah memberi lebih dari itu. Jadi Regional Director, mendirikan PHA, dan mendapat banyak dukungan. Semua ini berkat doa dan usaha yang dipertemukan,” tutupnya dengan senyuman.