Jakarta, TeropongJakarta.com – Sekretaris Jenderal Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs), Temmi Sumarlin, menyoroti kompleksitas tantangan yang masih membelit ekosistem ekonomi kreatif Indonesia. Dalam konferensi pers Hekrafnas 2025 bertajuk “Ekraf Mesin Baru Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” di Jakarta, Minggu (19/10), Temi menegaskan perlunya kebijakan yang lebih berpihak pada keberlanjutan gerakan ekonomi kreatif, bukan hanya kegiatan seremonial jangka pendek.
“Kita membutuhkan undang-undang yang benar-benar mendukung keberlanjutan ekosistem kreatif, bukan sekadar memfasilitasi kegiatan temporer. Keberpihakan regulasi menjadi kunci,” ujarnya di hadapan peserta talk show.
Menurut Temi, ekosistem ekonomi kreatif nasional masih menghadapi tantangan dari dua sisi: internal dan eksternal. Tantangan internal, kata dia, mencakup tata kelola yang belum optimal, regulasi yang tumpang tindih, serta minimnya kesinambungan dalam pengembangan sumber daya manusia dan inovasi. Sementara faktor eksternal lebih dipengaruhi oleh dinamika global mulai dari gejolak politik internasional, perubahan arah pasar dunia, hingga disrupsi teknologi yang mengubah perilaku konsumen.
“Kita tidak bisa menutup mata terhadap kondisi global. Tantangan geopolitik dan perubahan arah pasar dunia sangat memengaruhi daya saing produk kreatif Indonesia,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Temi juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat daya tahan ekosistem kreatif nasional. Ia menilai, tanpa sinergi antara pemerintah, pelaku industri, komunitas kreatif, dan lembaga pendidikan, maka potensi besar ekonomi kreatif hanya akan berhenti pada jargon dan wacana.
“Ekonomi kreatif harus jadi gerakan bersama, bukan tren sesaat. Dengan sinergi dan dukungan regulasi yang adaptif, kita bisa menjadikan kreativitas sebagai kekuatan ekonomi baru Indonesia,” tutur Temi.
Acara yang digelar Gekraf bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ini turut dihadiri oleh Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Ketua Umum Gekrafs Kawendra Lukistian, Andanu Prasetyo (pendiri Kopi Tuku), serta perwakilan dari Pemprov DKI Jakarta dan komunitas startup. Diskusi berlangsung interaktif, menyoroti bagaimana pelaku usaha kreatif bisa beradaptasi di tengah disrupsi digital dan pasar global yang semakin kompetitif.
Gekrafs sendiri sejak awal berdiri berkomitmen untuk memperkuat potensi ekonomi kreatif daerah melalui inovasi, digitalisasi, dan kewirausahaan sosial. Upaya ini diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kontribusi ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Temi menutup dengan seruan agar pemerintah dan seluruh elemen bangsa memperkuat roadmap ekosistem kreatif Indonesia secara menyeluruh mulai dari tahap produksi hingga distribusi agar mampu bertahan dalam dinamika ekonomi global.
“Kreativitas bukan hanya ekspresi, tapi juga strategi ekonomi. Kalau dikelola dengan baik, ekonomi kreatif bisa menjadi mesin baru pertumbuhan nasional yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Dengan arah kebijakan yang lebih berpihak dan sinergi antarsektor, ekonomi kreatif diharapkan mampu menjadi motor penggerak utama ekonomi Indonesia di era pascapandemi dan menghadapi ketidakpastian global.
