Jakarta, TeropongJakarta.com – Di sebuah ruang operasi yang sunyi di Jakarta, empat lengan robotik tampak bergerak pelan, seolah membaca ritme napas operatornya. Dari kursi konsol yang terpisah beberapa meter dari meja operasi, dr. Sita Ayu Arumi, SpOG, MSc (HumRepro) menggerakkan jemarinya dengan kehalusan yang hanya dimiliki seseorang yang memahami tubuh manusia bukan semata sebagai organ, tetapi sebagai kisah hidup. “Operasi itu bukan hanya soal teknologi,” ucapnya lirih, “tetapi tentang menjaga harapan seorang perempuan.”
Nama dr. Sita makin dikenal karena satu alasan penting: ia menjadi perempuan pertama di Indonesia yang masuk dalam tim bedah robotik di bidang obstetri dan ginekologi. Sebuah capaian yang tidak hanya dicatat sebagai prestasi individu, tetapi juga penanda hadirnya perempuan dalam ruang-ruang teknologi medis yang selama ini dikuasai laki-laki.
Perjalanan menuju titik itu tidak instan. Lulus sebagai dokter, lalu menempuh pendidikan spesialis Obstetri dan Ginekologi, ia masih haus akan ilmu. Kerinduannya memahami lebih dalam kesehatan reproduksi membawanya meraih gelar Master of Science di bidang Human Reproduction (MSc HumRepro). “Reproduksi adalah inti keberlanjutan manusia. Ada tanggung jawab moral di sana,” katanya.
Kesempatan mengikut pelatihan bedah robotik di luar negeri menjadi titik balik kariernya. Teknologi itu menawarkan presisi yang sebelumnya sulit dicapai dengan laparoskopi biasa. Sayatan lebih kecil, perdarahan minimal, pemulihan lebih cepat tiga hal yang sangat berarti bagi pasien perempuan. “Setiap perempuan yang pulang ke rumah dengan lebih cepat adalah alasan kenapa saya memilih jalur ini,” ujar dr. Sita.
Namun sebagai perempuan di dunia teknologi kesehatan, tidak sekali dua ia dipertanyakan kapasitasnya. Ada yang meragukan tenaganya, ada pula yang meremehkan ketelitiannya. Ia tidak membalas dengan kata-kata. Ia membuktikan lewat ratusan jam latihan, simulasi, dan operasi nyata. “Robot tidak melihat gender operatornya,” kata dr. Sita. “Yang ia kenali hanya ketepatan.”
Kini, di banyak kasus endometriosis berat, mioma, hingga operasi ginekologi kompleks, nama dr. Sita menjadi rujukan. Ia hadir bukan hanya sebagai dokter operator, tetapi sebagai wajah dari masa depan bedah ginekologi Indonesia.
Bagi dr. Sita Ayu Arumi, SpOG, MSc (HumRepro), teknologi hanyalah alat. Tujuan akhirnya tetap sama sejak hari pertama ia memegang stetoskop: mengembalikan kesehatan, martabat, dan harapan perempuan Indonesia.
