
Batam, TeropongJakarta.com – Di usianya yang baru menginjak 22 tahun, Dhea Anissa Syafitri sudah menjelajahi berbagai medan pengabdian. Mahasiswi Program Studi Kebidanan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini bukan sekadar akademisi, tapi juga organisatoris, advokat kesehatan perempuan, sekaligus pemimpi yang menanam benih perubahan sejak dini.
Dhea lahir dan besar di Kota Batam, Kepulauan Riau. Ia tumbuh dalam kultur prestasi yang kuat. Sejak kecil aktif mengikuti berbagai lomba, saat SMP meraih predikat Siswi Berprestasi Kota Batam. “Saya terbiasa hidup dengan ritme cepat dan banyak tantangan, itu yang mengasah mental saya hingga hari ini,” ujarnya.
Di bangku kuliah, Dhea tak hanya mengejar indeks prestasi. Ia justru sibuk mengisi ruang-ruang organisasi, dari BEM, MSCIA, hingga dipercaya memimpin IKAMABI Jawa Timur sebuah jaringan mahasiswa kebidanan dari berbagai institusi. Ia menjadi ketua perempuan muda yang menghadapi kompleksitas lintas kampus dan karakter.
“Waktu menjabat di IKAMABI, saya belajar bahwa memimpin bukan tentang jabatan, tapi tentang hadir dan membawa dampak. Bahkan dari hal kecil sekalipun,” kata Dhea. Ia mengelola ratusan anggota, menyusun program advokasi, hingga membangun komunikasi antar daerah.
Beban peran itu tentu tidak ringan. Tugas akademik, organisasi, dan tanggung jawab pribadi membuat waktunya tersayat-sayat. Tapi Dhea belajar membagi tenaga. “Manajemen waktu itu kuncinya. Saya juga terbantu dengan lingkungan yang suportif orang tua, teman, dan tim,” katanya.

Ia menyebut komitmen sebagai nilai utama dalam setiap langkah. Ketika menerima amanah organisasi, berarti bersiap untuk menyelesaikannya. “Saya percaya, tidak ada tantangan yang terlalu besar kalau kita mau memecahnya jadi langkah kecil,” tuturnya.
Kegelisahan Dhea bukan hanya tentang waktu dan jabatan. Ia terusik oleh isu-isu kesehatan yang selama ini tersembunyi di balik tabu dan sunyi. Salah satunya: gangguan menstruasi dan kesehatan mental remaja perempuan. Ia menjadikan tema ini sebagai fokus penelitian skripsinya.
“Banyak perempuan menganggap gangguan haid itu biasa. Padahal bisa jadi itu alarm dari tubuh. Kita kurang edukasi tentang tubuh kita sendiri,” ucapnya. Menurut Dhea, perempuan sering kali dibesarkan dalam budaya diam dan malu membicarakan tubuhnya. Ini yang ingin ia ubah.
Bagi Dhea, menjadi bidan di masa depan bukan hanya profesi, tapi posisi strategis untuk mendampingi perempuan. “Bidan itu ada di garda terdepan. Bukan cuma medis, tapi juga bisa jadi sahabat dan penguat untuk perempuan lain,” katanya.

Mimpi besar Dhea adalah membangun community-based health education center pusat edukasi berbasis komunitas untuk perempuan dan anak. Di dalamnya akan ada kelas kesehatan reproduksi, kesehatan mental, hingga edukasi tumbuh kembang anak. Semua berbasis pendekatan empati.
Ia percaya bahwa perubahan besar bisa dimulai dari komunitas kecil yang konsisten. “Saya ingin menciptakan ruang aman, tempat perempuan bisa mengenal dirinya, bukan dihakimi tapi didengarkan,” ujar Dhea. Ia sudah mulai membangun jejaring kecil untuk cita-cita ini.
Meski punya segudang prestasi termasuk sebagai Putri Favorit FK UB 2023—l Dhea tidak ingin terjebak dalam euforia simbolik. “Prestasi yang bermakna itu ketika kita bisa berbagi dampak. Piala bisa dilupakan, tapi pengalaman dan manfaat itu yang abadi,” katanya.

Ia juga terus belajar dari bawah. Menyerap nilai-nilai dari warga desa saat pengabdian, dari diskusi antar mahasiswa, dan dari pengalaman pribadi. “Perempuan harus hadir di ruang-ruang penting. Bukan sekadar pelengkap, tapi pengarah,” ucapnya.
Pesan Dhea untuk perempuan muda lainnya sederhana tapi kuat: jangan tunggu sempurna untuk mulai. “Kadang kita kebanyakan mikir, takut gagal, takut nggak cukup. Tapi kita nggak akan pernah tahu kekuatan kita sampai kita coba,” katanya sambil tersenyum.
Kini Dhea masih menjalani skripsi dan bersiap menyelesaikan kuliah. Tapi mimpinya berjalan lebih cepat. Ia ingin menjadi bidan yang tidak hanya membantu persalinan, tapi juga melahirkan kesadaran, keberanian, dan masa depan perempuan yang lebih sehat dan merdeka.