KAPUAS, TeropongJakarta.com – Panggung nasional tidak selalu berpihak pada mereka yang datang dari pusat-pusat kota besar. Dalam ajang Miss Hijab Indonesia 2025, sorotan justru mengarah ke Kapuas, Kalimantan Tengah. Dari wilayah yang kerap luput dari perhatian media arus utama, Siti Amelia Norhayatun menegaskan kehadirannya sebagai Miss Hijab Indonesia Berbakat 2025, membawa narasi tentang perempuan berhijab, budaya daerah, dan keberanian bersuara di ruang publik.
Perjalanan Siti Amelia menuju gelar tersebut berlangsung melalui proses panjang. Sejak tahap karantina hingga malam Grand Final, ia menjalani pembinaan yang tidak hanya menitikberatkan pada penampilan, tetapi juga penguatan mental, kecakapan intelektual, serta kepekaan sosial. “Ajang ini membuat saya banyak berefleksi. Menjadi perempuan berhijab di ruang publik berarti siap membawa nilai dan tanggung jawab,” kata Siti Amelia kepada TeropongJakarta.com, Selasa.
Momen penting dalam perjalanannya terjadi ketika ia berhasil menembus Top 15 Bakat Miss Hijab Indonesia dan tampil di Preliminary Show Miss Hijab Indonesia 2025. Di atas panggung nasional, Siti Amelia memilih membawakan tari Dayak, menghadirkan unsur budaya Kalimantan yang selama ini jarang terekspos. Menurutnya, pilihan tersebut bukan sekadar strategi penampilan, melainkan bentuk pernyataan identitas.
“Saya ingin menunjukkan bahwa budaya daerah punya tempat yang setara di panggung nasional. Saat menari, saya merasa membawa Kapuas dan Kalimantan Tengah ikut berdiri bersama saya,” ujarnya.

Gelar Berbakat yang diraihnya tidak dimaknai sebagai pencapaian personal semata. Bagi Siti Amelia, predikat tersebut merupakan amanah untuk terus mengembangkan seni sebagai sarana edukasi dan advokasi. Seni tari, yang menjadi fokusnya, ia pandang mampu menjembatani nilai budaya, pendidikan, dan kepedulian sosial. “Seni bukan hanya tentang pertunjukan, tapi juga tentang pesan dan keberlanjutan budaya,” katanya.
Sebagai finalis Miss Hijab Indonesia 2025, Siti Amelia membawa pesan utama bahwa hijab bukanlah pembatas bagi perempuan untuk berprestasi. Ia menegaskan perempuan berhijab memiliki ruang yang sama untuk bermimpi besar, berpendidikan, dan berkontribusi di berbagai sektor. “Perempuan berhijab tidak perlu ragu tampil percaya diri. Kita bisa tetap berpegang pada nilai, sambil terus berkembang,” ucapnya.

Pasca ajang nasional tersebut, Siti Amelia memfokuskan langkah pada penguatan advokasi melalui Jejak Pertiwi, sebuah platform digital yang ia rintis. Platform ini diarahkan menjadi ruang bagi anak muda daerah untuk menampilkan bakat, mengangkat seni dan budaya lokal, serta memperluas jangkauan produk UMKM. Ia menilai media digital memiliki peran strategis dalam pemberdayaan sosial, budaya, dan ekonomi.
“Banyak anak muda di daerah yang punya potensi besar, tapi belum punya ruang. Jejak Pertiwi saya hadirkan sebagai jembatan,” katanya. Dari Kapuas, Kalimantan Tengah, Siti Amelia Norhayatun menegaskan bahwa panggung nasional terbuka bagi siapa pun yang datang membawa nilai, identitas, dan komitmen untuk berkontribusi bagi Indonesia.
