Jambi, TeropongJakarta.com – Resika Afrodita, perempuan asal Sarolangun, Jambi, kini tengah meniti karier sebagai caregiver di Jepang. Sebelumnya, ia bekerja sebagai perawat kamar operasi di Indonesia. Keputusan untuk pindah ke Jepang dan menekuni profesi baru ini didasari oleh beberapa alasan, salah satunya adalah kesejahteraan yang lebih baik. “Gajinya lumayan dibandingkan sewaktu saya bekerja di Indonesia sebagai perawat kamar operasi. Selain itu, pekerjaan ini tidak terlalu jauh dari profesi sebelumnya, masih pekerjaan yang merawat dan membantu orang lain,” ungkap Resika.
Namun, merantau ke negeri orang bukan tanpa tantangan. Salah satu hambatan terbesar yang dialami Resika adalah bahasa. “Tantangannya semua orang mengalami ini. Yang pertama pasti bahasa, dan hougen atau bahasa daerah lah istilahnya. Itu jadi tantangan awal dalam pekerjaan ini,” tuturnya. Adaptasi dengan bahasa Jepang dan dialek lokal menjadi langkah awal yang sulit namun penting untuk diatasi.
Selain bahasa, budaya kerja di Jepang yang sangat disiplin juga menjadi tantangan tersendiri. “Di jam kerja benar-benar bekerja, tidak pegang hape sama sekali, tidak ada santai duduk-duduk. Selama masih jam kerja, sekalipun pekerjaannya sudah selesai, orang Jepang itu nyari apa nih yang harus dikerjakan,” jelas Resika. Ia mengakui bahwa disiplin kerja ini sangat berbeda dari kebiasaan yang ia temui di tempat kerja lain yang mungkin lebih fleksibel.
Resika juga berbagi pengalaman unik saat pertama kali tiba di Jepang. “Aku ingat banget aku kesulitan memfotokopi, padahal itu hal yang sepele dan biasa kita lakukan. Karena baru tinggal di Jepang dan keterbatasan bahasa, aku yakin banyak teman-teman yang mengalami itu,” kenangnya. Pengalaman ini mendorongnya untuk membuat tutorial-tutorial yang dapat membantu orang-orang yang menghadapi kesulitan serupa.
Selain bekerja sebagai caregiver, Resika juga aktif sebagai konten kreator di media sosial. Ia memanfaatkan waktunya di luar jam kerja untuk membuat konten-konten yang bermanfaat. “Kalau sebagai konten kreator aku sesuai dengan waktu di luar jam kerjaku, lebih fleksibel,” kata Resika. Dengan memanfaatkan waktu liburnya, ia bisa membuat dan mengedit banyak konten yang kemudian diunggah di hari kerja.
Resika memulai kariernya sebagai konten kreator dengan membuat video-video tutorial dan cerita seputar kehidupan di Jepang. “Awalnya aku bikin konten tentang tutorial-tutorial melakukan sesuatu di Jepang, terus tentang cerita-cerita Jepang, karena aku juga belajar bahasa Jepang kadang juga tentang bahasa Jepang. Jadi sekarang apapun mengenai Jepang dan bahasa Jepang,” ujarnya.
Fleksibilitas sebagai konten kreator memberi Resika ruang untuk tetap produktif tanpa mengganggu pekerjaannya sebagai caregiver. “Sebagai konten kreator aku fleksibel aja sih, di waktu libur aku bikin konten banyak dan ngedit. Nanti kalau di hari kerja tinggal ngedit dikit dan posting,” jelasnya tentang bagaimana ia mengatur waktu antara kedua profesinya.
Resika juga memiliki harapan besar untuk masa depannya. Sebagai seorang caregiver, ia bercita-cita untuk mengikuti dan lulus ujian Kaigofukushishi, sebuah ujian negara di Jepang yang memberikan lisensi sebagai ahli Kaigo. “Harapannya sebagai caregiver semoga bisa ikut dan lulus ujian Kaigofukushishi,” ujarnya.
Selain itu, sebagai konten kreator, Resika berharap bisa terus membuat konten-konten yang bermanfaat bagi orang lain. “Dan sebagai konten kreator, semoga bisa terus bikin konten-konten yang bermanfaat buat orang lain,” tambahnya.
Perjalanan Resika Afrodita dari Sarolangun hingga Jepang membuktikan bahwa dengan tekad dan kerja keras, tantangan sebesar apapun bisa dihadapi. Kini, ia tidak hanya berperan sebagai caregiver yang berdedikasi, tetapi juga sebagai konten kreator yang inspiratif bagi banyak orang.