Jakarta, TeropongJakarta.com – Di tengah gemerlap panggung budaya, Anindya Mutiara Cinta, pelajar SMAN 78 Jakarta, tampil memukau dalam acara Indonesian Disability Art & Culture Festival 2025 (INDACT 2025) di Balai Kota Solo. Kehadirannya bukan sekadar sebagai penonton, melainkan undangan istimewa dari komunitas BAIK (Berbudaya Anak Indonesia dengan Kebaya) sekaligus menjalankan tugasnya sebagai on duty Puteri Kebaya Indonesia.
Mengenakan kebaya berwarna cerah berpadu hiasan tradisional yang elegan, Anindya menarikan Betawi Kembang Kemayoran dengan gerakan luwes dan ekspresi yang hidup. Setiap langkahnya seolah menceritakan kisah budaya Betawi, memadukan keanggunan muda dengan kelincahan tradisi, yang membuat penonton terhanyut dalam setiap gerakan. Meski berada di panggung yang megah, ia tampak percaya diri dan menikmati setiap detik pertunjukannya.

“Pengalaman ini luar biasa. Bisa menampilkan tarian Betawi di panggung budaya nasional, khususnya dalam INDACT 2025, membuat saya merasa bangga sekaligus bertanggung jawab,” kata Anindya usai tampil. Ia menambahkan bahwa perannya sebagai Puteri Kebaya Indonesia bukan hanya simbol estetika, tapi juga menjadi jembatan budaya untuk memperkenalkan kekayaan tradisi Indonesia kepada masyarakat luas.
Festival INDACT 2025, yang berlangsung dari 21 hingga 23 November 2025 satu Minggu yang lalu, menghadirkan rangkaian kegiatan mulai dari pertunjukan seni, fashion show, hingga workshop kreatif yang melibatkan pelajar dan komunitas disabilitas dari berbagai daerah. Ajang ini menekankan inklusi, memadukan seni dan budaya sebagai medium untuk memberdayakan setiap individu tanpa memandang kemampuan fisik.
Penampilan Anindya disambut hangat oleh penonton. Banyak yang memuji keluwesan geraknya, ekspresi yang ekspresif, serta kemampuannya menyampaikan cerita melalui tarian. Kehadirannya menjadi pengingat bahwa generasi muda memegang peran penting dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal, sekaligus menginspirasi teman sebaya untuk lebih aktif berkarya di bidang seni.

Selain tampil, Anindya juga berinteraksi dengan peserta lain, termasuk penampil disabilitas, membangun semangat kolaborasi dan inklusi. Ia menekankan pentingnya berbagi pengalaman, saling belajar, dan merawat budaya bersama-sama.
“Budaya hidup ketika kita merawatnya. Semoga penampilan ini menginspirasi anak muda untuk mencintai tarian tradisional, memahami sejarahnya, dan membawanya ke panggung modern dengan tetap menghormati akar budaya,” tuturnya.
Malam itu, panggung Balai Kota Solo menjadi saksi generasi muda Indonesia yang berani bersinar sambil menghormati tradisi. Anindya Mutiara Cinta, lewat tarian Betawi Kembang Kemayoran, berhasil menorehkan jejak sebagai simbol keberanian, kolaborasi, dan cinta terhadap budaya tanah air.
