
Malang, TeropongJakarta.com – Di balik riasan wajah yang lembut dan tangan yang piawai memainkan kuas, ada sosok perempuan yang penuh semangat menaklukkan tantangan. Dialah Icha, perempuan asal Malang yang awalnya belajar dunia kecantikan hanya untuk diri sendiri. “Saya ingin mempercantik diri saya, merawat penampilan, dan memahami teknik kecantikan dengan benar,” ujarnya.
Namun, keterampilan itu tak berhenti pada cermin. Perlahan, orang-orang di sekitarnya mulai tertarik dan percaya pada hasil kerja Icha. Dari situlah ia menyadari, apa yang semula hanya hobi pribadi bisa tumbuh menjadi profesi.
Mengubah hobi menjadi pekerjaan tentu bukan hal mudah. Icha harus berani melangkah keluar dari zona nyaman. “Tantangan terbesarnya adalah rasa takut. Tapi saya belajar menjadikannya motivasi untuk terus berkembang,” katanya.

Keraguan sempat muncul, terutama dari orang-orang terdekat. Dunia kecantikan dianggap tidak cukup kokoh untuk menjadi sumber penghidupan. Namun hasil kerja nyata berbicara lebih lantang. Perlahan, pelanggan datang, kepercayaan tumbuh, dan dukungan pun mengalir.
Keluarga yang awalnya ragu kini justru menjadi penyemangat terbesar. Mereka menyaksikan bagaimana usaha kecil yang dirintis Icha berkembang, sekaligus mengubah cara pandang banyak orang terhadap profesi kecantikan.
Puncak keyakinan Icha datang saat karyanya ditampilkan dalam sebuah event besar. “Saat itu saya sadar, keterampilan yang awalnya saya niatkan hanya untuk diri sendiri ternyata bisa membawa manfaat dan apresiasi luas,” ujarnya. Momen itu menjadi titik balik perjalanan hidupnya.

Menariknya, di balik kesibukan merias wajah, Icha juga dikenal sebagai perempuan yang suka menantang diri lewat olahraga. Ia gemar berlari di pagi hari dan sesekali menaklukkan jalur pendakian gunung. Baginya, kecantikan lahiriah harus seimbang dengan tubuh yang sehat dan jiwa yang kuat.
“Naik gunung dan lari itu melatih kesabaran. Sama seperti merias wajah, butuh konsistensi, detail, dan ketekunan,” kata Icha. Kebiasaan itu membuatnya lebih disiplin dalam mengelola usaha dan lebih tangguh menghadapi tantangan.
Bagi Icha, setiap hobi selalu memiliki pelajaran. Jika berlari mengajarkannya untuk menjaga ritme, mendaki gunung menuntunnya agar pantang menyerah, maka dunia kecantikan memberikan ruang untuk mengekspresikan cinta dan estetika. Semua itu saling berkaitan dan membentuk kepribadiannya.

Kini, Icha melihat pekerjaannya bukan sekadar profesi, melainkan bagian dari perjalanan hidup. Ia ingin menginspirasi perempuan lain agar berani memulai, meski dari langkah kecil. “Tidak ada yang salah dengan memulai dari hobi. Kalau ditekuni dengan sungguh-sungguh, bisa menjadi jalan rezeki,” ujarnya.
Pesan yang ia titipkan sederhana: jangan takut mencoba. “Ketika kita mencintai apa yang kita kerjakan, hasil baik akan mengikuti,” katanya. Prinsip itu bukan hanya semboyan, melainkan fondasi yang menuntunnya dalam hidup.
Di ruang kerjanya, kuas dan palet warna berpadu dengan sepatu lari dan peralatan mendaki. Dua dunia yang berbeda, namun sama-sama ia cintai. Dari sana, Icha belajar merias wajah sekaligus merias hidupnya sendiri dengan ketekunan, keberanian, dan cinta pada apa yang ia jalani.