
Austria, TeropongJakarta.com – Bandung, kota tempat Ayu Gunawan lahir, kini hanyalah titik awal dari perjalanan hidup yang luas dan penuh warna. Dari remaja menapaki Blitar sebagai penyiar hingga menetap di kota yang terkenal dengan musik klasiknya, Vienna, Austria. Ayu telah membuktikan bahwa hidup bisa berubah tanpa kehilangan esensi diri.
Petualangan Ayu bukan sekadar melihat dunia, tapi merasakannya. Perjalanan pertamanya ke Jerman hingga Ujian lisensi menyelam di Laut Merah dengan bahasa Jerman menjadi pengalaman pertama yang menantang dan membuka cakrawala baru. “Setiap perjalanan selalu ada hal untuk dibawa pulang,namun ini bukan semata-mata pejalanan, lebih kepada sarana yang Tuhan tunjukkan untuk aku pelajari” ungkapnya.
Setahun setelah menikah, Ayu dan suaminya menempuh roadtrip hampir dua bulan ke berbagai negara. Bagi Ayu, perjalanan itu bukan hanya soal peta dan destinasi, tapi tentang memahami dunia bersama orang yang dicintai, memaknai kebersamaan di tengah ketidakpastian jalan.

Perubahan besar datang saat ia menjadi full-time mom. Dari perempuan yang terbiasa bekerja dan berpetualang, Ayu harus menata ulang hidupnya. “Awalnya kaget. Melepaskan identitas profesional itu berat. Tapi ketika Tuhan mempercayakan saya manusia lain, saya sadar: saya bisa,” katanya.
Mengasihi dan membesarkan anak di tengah budaya Eropa membuat ia sadar pada keindahan hidup yang sederhana: udara segar, pemandangan menakjubkan, dan kehangatan manusia yang ia dekap setiap hari.
Jiwa petualangnya tetap hidup. Sehari-hari bersama anak laki-lakinya, Ayu menjelajahi kota, mengunjungi museum, hingga melakukan staycation. Weekend menjadi hari keluarga, tapi di hari-hari biasa, mereka bebas memilih kemana kaki mereka melangkah, menciptakan kebahagiaan sendiri selagi suami bekerja.

Namun, perjalanan bersama anak bukan tanpa tantangan. Mood yang cepat berubah, jadwal yang harus fleksibel, dan tanggung jawab baru membuat pengalaman itu jauh berbeda dari traveling sebelumnya. Bahagia dan ketenangan yang kadang tidak berjalan beriringan, namun kenangan yang tercipta jauh lebih kaya dan berharga.
Musim panas tahun lalu, roadtrip antar negara tetangga ia lalui sebagai ibu baru (Jerman-Swiss-Italia-Austria). Kini lebih dari 10 negara sudah dikunjungi anaknya yang baru menginjak 3 tahun. Bawaan lebih banyak, hotel harus ramah anak, dan jadwal harus sefleksibel mungkin.
Selain roadtrip, destinasi ramah anak seperti Stay di all-inclusive hotel menjadi pilihannya sebagai orang tua baru. Untuknya itu menjadi sarana untuk menikmati liburan bersama keluarga sekaligus beristirahat.

Perjalanan lintas negara maupun sebagai orang tua mengubah cara pandang hidupnya. Hidup bukan lagi soal mengejar pencapaian pribadi, tapi memberi warna bagi manusia lain. Setiap fase hidup memiliki makna lebih besar ketika kita ada dan benar-benar hadir.
Pesan Ayu untuk ibu yang terjebak dilema antara passion dan peran: “Lahir kembali tidaklah mudah. Namun ini adalah kesempatan baru dari Tuhan. Nikmati motherhood sekarang, ciptakan kenangan yang tak tergantikan. Setiap fase punya waktunya, tidak ada yang tertinggal atau terlambat.”
Ayu Gunawan membuktikan: menjadi ibu bukan berarti menutup pintu petualangan. Justru, motherhood dan traveling bisa berjalan bersamaan, menciptakan memori yang lebih dalam, dan menorehkan jejak paspor serta jejak hati yang tak akan pernah pudar.