
Hong Kong, TeropongJakarta.com – Di balik deru kota internasional yang sibuk, ada suara-suara harapan dari para Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Indonesia. Salah satunya datang dari Maria Ulfa Agustin, perempuan asal Jember, Jawa Timur, yang kini bekerja sebagai pekerja migran di Hong Kong demi menyambung hidup, menyekolahkan anak-anaknya, dan membahagiakan orang tua yang telah menua.
Maria adalah seorang ibu tunggal dengan dua anak. Keputusan meninggalkan tanah air bukan perkara mudah, namun keadaan ekonomi memaksanya untuk kuat dan bertahan. “Saya single mom. Anak dua. Keputusan kerja ke sini karena kondisi ekonomi. Saya harus bantu orang tua juga, karena mereka sudah tidak bekerja,” kata Maria.
Ia bekerja enam hari dalam sepekan, dari Senin hingga Sabtu. Hari Minggu menjadi satu-satunya waktu untuk beristirahat, tapi justru hari itu yang menjadi ruang kebebasan sekaligus tempat ia menghidupkan kembali semangat diri. Maria mengisi Minggunya bukan hanya untuk bersantai, melainkan juga untuk menyalurkan hobi: bernyanyi.

Berawal dari minatnya pada dunia musik, Maria mulai mengikuti berbagai kompetisi tarik suara antar BMI (Buruh Migran Indonesia) di Hong Kong. “Saya senang menyanyi sejak dulu. Dan di sini, ternyata banyak juga teman-teman yang berbakat. Saya ikut lomba-lomba, pernah juara satu, dua, tiga, bahkan harapan,” ujarnya.
Pengalaman mengikuti lomba itu membawanya bertemu dengan komunitas yang kini sangat berarti dalam hidupnya: Sang Juara Project (SJP). Komunitas ini didirikan oleh seorang sesama TKW yang melihat banyaknya talenta tersembunyi di kalangan pekerja migran.
Komunitas SJP dibentuk sebagai wadah bagi para TKW di Hong Kong yang memiliki bakat di bidang seni, terutama bernyanyi. Tujuannya sederhana: memberi ruang dan dukungan bagi para BMI yang kerap tidak mendapat panggung untuk bersuara.

“Siapa saja yang menang kompetisi, biasanya langsung diajak masuk grup. Kita saling berbagi, saling dukung, dan ikut berbagai kegiatan komunitas. Ini bukan sekadar hobi, ini juga bentuk kekuatan,” kata Maria.
Di dalam komunitas itu, para perempuan yang sehari-hari sibuk mengurus rumah tangga majikan, berubah menjadi penyanyi-penyanyi panggung yang penuh percaya diri. Dari garasi rumah hingga aula kecil komunitas Indonesia, suara-suara mereka menggema, menyuarakan harapan dan kekuatan.
Maria percaya, bahwa dengan bernyanyi, ia bisa melampaui batas-batas dirinya. Tidak hanya bekerja untuk uang, tapi juga membangun rasa percaya diri dan solidaritas. “Kita ini perempuan tangguh. Kita bisa bekerja, bisa berkarya. Kita juga layak didengar,” ucapnya.
Motivasi utama Maria tetap satu: anak-anaknya. Ia ingin kedua buah hatinya tumbuh sukses dan berpendidikan, tidak harus mengalami kerasnya kehidupan seperti yang ia jalani. “Saya ingin anak-anak saya sukses, lebih dari saya. Dan saya ingin suatu hari bisa mengumrohkan orang tua saya,” tutur Maria, suaranya parau.

Baginya, setiap tetes keringat di negeri orang adalah investasi masa depan. Ia tak ingin anak-anaknya merasa kekurangan, apalagi mewarisi beban yang sama. “Kalau saya bisa kuat sekarang, itu karena saya ingin mereka punya hidup yang lebih baik.”
Komunitas SJP sendiri kini terus berkembang. Anggotanya bertambah, kegiatan mereka makin aktif, bahkan mulai dikenal oleh berbagai komunitas Indonesia di luar negeri. Maria berharap komunitas ini bisa menjadi rumah kedua bagi para BMI yang ingin berkembang.
“Saya bangga jadi bagian dari komunitas ini. Semoga semakin banyak talent baru, semakin luas jangkauannyffda. Ini bukan hanya tentang nyanyi, tapi juga tentang persaudaraan dan harapan,” katanya.
Di tengah hiruk-pikuk Hflrong Kong, Maria dan kawan-kawan terus bersuara. Dengan mikrofon sederhana, mereka br harapan, perjuangan, dan cinta bukan toko untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga di tanah air yang selalu menunggu mereka pulang.
Sang Juara Project / SJP