Surabaya, TeropongJakarta.com – Tak banyak yang tahu, di balik sosok penuh percaya diri yang kini kerap tampil sebagai MC dan pelatih public speaking, Winda Gisela dulunya adalah anak pemalu yang nyaris tak pernah berbicara di depan umum. Masa kecilnya diwarnai dengan ketakutan menyampaikan pendapat, kegugupan berlebihan, dan rasa rendah diri yang mendalam.
Segalanya berubah ketika Winda duduk di bangku SMP. Bukan karena pelajaran sekolah, tapi karena radio. Ia jatuh cinta pada suara-suara di udara, pada penyiar-penyiar yang terdengar begitu percaya diri. “Saya punya penyiar favorit, dan sempat beberapa kali nekat cari cara biar bisa ketemu langsung,” kenangnya. Perjumpaan dengan suara itulah yang kelak mengubah jalannya hidup.
Titik balik terjadi saat ia memasuki dunia kampus pada tahun 2007. Winda memberanikan diri bergabung dengan radio kampus. Tak disangka, dari sana ia lolos seleksi penyiar di sebuah radio populer di Bandung. “Waktu itu radio masih sangat digandrungi. Saya bahkan punya penggemar fanatik,” katanya dengan tawa kecil. Dunia siaran menjadi rumah barunya.

Kesempatan demi kesempatan mulai berdatangan. Ia dipercaya menjadi MC berbagai acara kampus hingga acara komunitas. Bayaran pertamanya tak seberapa hanya nasi kotak dan ucapan terima kasih. Tapi Winda merasa ada kepuasan batin yang tak tergantikan. “Saya suka rasa deg-degan sebelum naik panggung dan bahagia ketika acara berjalan lancar,” ujarnya.
Dari panggung kecil, Winda perlahan menapaki tangga yang lebih tinggi. Ia mulai tampil sebagai presenter TV lokal Bandung, memandu acara-acara formal, hingga tampil di hadapan ratusan orang. Di tengah itu, ia mulai memahami bahwa public speaking bukan hanya soal bicara, tapi juga tentang menyampaikan pesan, menggerakkan emosi, dan membangun kepercayaan.
Kesadaran itu mendorongnya untuk menekuni bidang ini lebih dalam. Ia mengambil Magister Ilmu Komunikasi, mengikuti berbagai pelatihan, hingga mengantongi sertifikasi sebagai coach public speaking. “Saya percaya profesionalisme dimulai ketika kita tak hanya andalkan bakat, tapi juga disiplin membangun skill,” tegasnya.

Salah satu pengalaman paling berkesan adalah ketika Winda tampil dalam acara skala nasional yang dihadiri para menteri. “Tekanannya luar biasa. Tapi saya ingat satu kutipan: ‘Panggung itu bukan tempat untuk sempurna, tapi tempat untuk hadir sepenuhnya.’ Itu membuat saya belajar berdamai dengan rasa gugup,” ungkapnya.
Kini, sebagai MC, TV presenter dan coach public speaking, Winda tak hanya berbagi ilmu, tapi juga semangat untuk bertumbuh. Ia menekankan pentingnya konsistensi. Banyak orang, katanya, hanya berani tampil sekali dua kali lalu menyerah. “Padahal, kemampuan itu dibentuk dari latihan kecil yang dilakukan terus-menerus,” katanya.
Menurut Winda, terlalu banyak orang yang menyerah hanya karena hasil tak langsung terlihat. Padahal, passion itu seperti benih kalau terus dirawat, akan tumbuh dan berbuah. “Saya mulai dari nol. Dari yang cuma suka ngomong, sampai akhirnya jadi profesi. Prosesnya panjang, tapi karakter dibentuk di situ,” katanya.

Bagi Winda, momen paling menyentuh justru datang bukan dari panggung megah, melainkan dari pesan sederhana. “Ada yang bilang ke saya, ‘Postingan Mbak Winda bikin saya berani ngomong di depan umum.’ Itu bikin saya merasa: inilah jalanku,” ujarnya.
Dari Surabaya, ia kini menjangkau lebih luas lewat kelas-kelas pelatihan, media sosial, dan seminar-seminar. Ia percaya, berbagi ilmu tidak membuat kita kehilangan apa pun. Justru sebaliknya, kita ikut menyalakan lebih banyak cahaya. “Saya ingin jadi alasan kenapa orang lain akhirnya berani bicara,” katanya mantap.
Winda Gisela adalah bukti bahwa keberanian bukan tentang tak merasa takut, melainkan tetap melangkah meski rasa takut itu ada. Dari gadis pendiam menjadi suara yang menggema di banyak ruang, Winda terus menunjukkan bahwa panggung memang bukan tempat untuk sempurna tapi tempat untuk hadir sepenuhnya.
