Kebumen, TeropongJakarta.com – Anisa Nurchusniah, seorang wanita muda asal Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, kini meniti karier sebagai petani jamur di sebuah perusahaan di Jepang. Perjalanannya menuju pekerjaan ini dimulai dari kecintaannya pada pelajaran prakarya saat sekolah.

“Sewaktu sekolah, ada mata pelajaran yang sangat saya sukai, yaitu prakarya. Selain berkreasi, saya juga diajari cara budidaya jamur secara alami dengan perantara botol plastik dan kayu. Saya senang mengamati proses tumbuhnya,” kata Anisa.

Setelah lulus, Anisa memutuskan untuk mengikuti seleksi pekerjaan di Jepang dan berhasil lolos. “Saya ikut seleksi untuk bekerja di salah satu perusahaan di Jepang bidang pertanian jamur dan alhamdulillah lolos. Itu adalah momen yang sangat membanggakan,” ungkapnya dengan senyum.

Di perusahaan tempat Anisa bekerja, hampir semua proses menggunakan teknologi modern, dari pembibitan hingga panen. “Budidaya tetap menggunakan botol, tapi bedanya di sini botol disimpan di suhu ruangan selama beberapa hari hingga siap panen. Dengan sistem teknologi ini, sekali panen bisa mencapai ribuan,” jelasnya.

Selain bekerja, Anisa memiliki hobi menulis yang sudah ia tekuni sejak lama. “Menulis, menurut saya, adalah cara lain untuk mengungkapkan perasaan selain bercerita. Karena saya orangnya tidak terlalu suka bercerita, jadi bisa dibilang buku dan pulpen teman curhat saya,” katanya.

Anisa sering menulis artikel di platform seperti Hipwee dan Wattpad ketika ada ide yang muncul. “Selain di buku, kalau kebetulan ada ide, saya biasanya menulis artikel di Hipwee dan Wattpad. Itu juga cara saya untuk menyalurkan hobi menulis,” tambahnya.

Anisa selalu membawa buku catatan kecil dan pulpen untuk mencatat hal-hal baru atau kosakata yang belum ia ketahui. “Saya selalu bawa note kecil dan pulpen buat mencatat hal baru atau kosakata yang belum saya tahu untuk kemudian di rumah dipelajari lagi,” tuturnya.

Di perusahaan, selalu ditanamkan mantra 3M (maaf, minta tolong, dan makasih), yang juga digunakan Anisa di luar pekerjaan. Hal unik lainnya adalah kebiasaan cuci tangan, mau bekerja atau selesai bekerja selalu cuci tangan.

Tantangan lainnya dalam bekerja adalah menyesuaikan diri dengan berbagai karakter orang. “Karena bekerja dengan berbagai karakter orang, kita harus pintar-pintar menyesuaikan diri, harus bisa kerja sama dan saling support,” jelasnya.

Membahas tentang buku favorit, Anisa merekomendasikan buku “Petani dan Seni Bertani” karya Jan Douwe van der Ploeg. “Kalau rekomendasi buku, ada judulnya ‘Petani dan Seni Bertani’ karya Jan Douwe van der Ploeg. Pertanian petani dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan produksi dan pangan serta keberlangsungan,” tambahnya.

Ketika ditanya tentang tantangan terbesar yang dihadapinya, Anisa menjawab, “Tantangan terbesar mungkin adalah menyesuaikan diri dengan teknologi modern dan lingkungan kerja yang baru. Tapi dengan semangat belajar, saya bisa mengatasinya.”

Anisa berharap bisa membawa teknologi pertanian modern yang ia pelajari di Jepang kembali ke Indonesia. “Suatu hari nanti, saya berharap bisa membawa teknologi pertanian modern yang saya pelajari di sini kembali ke Indonesia, untuk membantu petani-petani di tanah air meningkatkan produksi dan kualitas pertanian mereka,” katanya.

Selain bekerja, Anisa tetap menulis sebagai bagian penting dalam hidupnya. “Menulis tetap menjadi bagian penting dalam hidup saya. Saya terus menulis artikel dan cerita pendek, serta berbagi pengalaman dan pengetahuan melalui tulisan,” katanya.

Anisa berharap kisahnya bisa menginspirasi banyak orang untuk mengejar impian mereka. “Semoga kisah saya bisa menginspirasi banyak orang untuk terus mengejar impian mereka, apa pun rintangannya,” pungkas Anisa dengan senyum.