Malang, TeropongJakarta.com – Putrianti Adinda Salsabila, atau yang lebih akrab disapa Saputri, adalah sosok muda berprestasi yang kini dikenal sebagai Duta Muda Intelegensia Jawa Timur 2024. Perjalanan hidupnya penuh liku, namun justru menjadi pendorong kuat bagi Saputri untuk menjadi inspirasi bagi generasi muda dan perempuan di Indonesia.

Lahir di Kota Bekasi, Saputri memiliki kisah masa kecil yang tidak mudah. Sejak usia tiga tahun, kedua orang tuanya bercerai, membuatnya harus menyaksikan sang ibu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga. “Ibuku adalah ibu yang kuat dan hebat,” ujar Saputri. Namun, pengalaman pahit sang ibu membuat pola didik yang diterapkan menjadi keras, bahkan dalam beberapa aspek, abusive secara fisik dan mental. “Pengalaman itu membekas, tapi aku memilih untuk tidak melanjutkan rantai luka tersebut kepada generasi berikutnya melalui advokasi self development bagi anak anak dan remaja”, jelas Saputri

Cobaan hidup Saputri tidak berhenti di situ. Ketika ia duduk di bangku sekolah dasar, ayah tirinya kehilangan pekerjaan, menambah beban ibu yang harus tetap bekerja keras, bahkan saat hamil. “Aku harus melihat ibuku tetap bekerja keras, bahkan ketika sedang hamil. Itu membuatku  semakin sadar pentingnya mandiri finansial bagi seorang perempuan”, kenang Saputri.

Pengalaman tersebut menginspirasi Saputri untuk bertekad menghentikan siklus luka yang mungkin diturunkan oleh kesulitan ekonomi dan perceraian. “Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menghentikan rantai luka ini, baik kepada anakku kelak maupun anak-anak lainnya yang mengalami situasi serupa,” ujarnya penuh tekad.

Meski hidup dalam kesulitan, Saputri sudah menunjukkan bakat luar biasa sejak dini. “Sejak SD aku sudah sering mendapat penghargaan dalam pidato dan prestasi akademik. Bahkan, di kelas 2 SD, aku sudah mahir berdagang,” katanya dengan bangga, mengenang masa-masa awalnya.

Keahlian berdagang yang ia kembangkan sejak SD terus berlanjut hingga SMP. Saputri menjual hasil lukisannya dan membawa berbagai dagangan titipan ke sekolah, sebuah langkah awal yang membentuk kemandirian dan ketekunan dalam dirinya.

Puncak prestasi Saputri terjadi saat ia duduk di bangku SMA. Ia meraih sejumlah penghargaan internasional, termasuk juara dalam kompetisi news anchor bahasa Jepang, esai, puisi, dan monolog bahasa Inggris. “Prestasi yang paling berkesan adalah menjadi peringkat pertama berturut-turut selama enam semester di SMA hingga dinobatkan sebagai lulusan terbaik,” ungkapnya dengan penuh rasa syukur.

Kini, Saputri adalah Duta Muda Intelijensia Jawa Timur 2024 dan pernah menjadi asisten peneliti di lembaga internasional seperti NIHR dan The George Institute. Di balik pencapaian ini, ia tidak luput dari pengalaman bullying. “Selama dua tahun, aku sering dijatuhkan dengan kata-kata seperti ‘Si Paling Berprestasi’ atau ‘Si Paling Profesional’. Meski kesannya baik, kata-kata itu disampaikan dengan nada yang tidak ramah,” ceritanya.

“Bahkan aku masih mengingat beberapa pasang mata yang melirik ku seperti kotoran setiap kali aku mendapatkan juara kelas sambil memasang wajah jijik secara terang-terangan” Tambahanya

Meskipun mengalami bullying, Saputri memilih untuk tidak membiarkan pengalaman buruk tersebut menghalanginya. “Aku berpikir, mereka hanya belum dewasa. Aku memilih untuk tetap bertumbuh dan berjuang agar anak-anak lain tidak mengalami hal serupa,” tambahnya dengan optimis.

Saat ini, Saputri telah mengumpulkan lebih dari 40 prestasi dan memperoleh empat beasiswa dari kampus ternama. Ia juga menjadi awardee Beasiswa Unggulan. Menurutnya, strategi mendapatkan beasiswa adalah dengan memahami potensi diri serta memiliki kontribusi yang berarti bagi banyak orang.

Motivasi terbesarnya dalam berjuang datang dari dirinya sendiri. “Orang yang paling memberikan motivasi dalam hidupku adalah diriku sendiri. Kebahagiaan adalah tanggung jawabku, bukan orang lain,” tegas Saputri. Baginya, kebahagiaan yang diperjuangkan sendiri adalah yang paling berharga.

Saputri juga berharap anak-anak yang mengalami badai kehidupan dapat tetap kuat dengan akal sehat, moral, dan spiritual yang baik. “Aku berharap, tidak ada lagi yang menjadi korban atau pelaku dari lingkaran kekerasan dan luka Akibat perceraian, kesulitan ekonomi dan bullying,” katanya dengan penuh harapan.

Selain itu, Saputri mengajak perempuan untuk mulai berdaya dan berdampak. “Perempuan harus menjadi tonggak perubahan. Hidup adalah pilihan, dan aku memilih untuk berdampak melalui advokasi yang aku jalankan, terutama advokasi self-development bagi anak dan remaja,” ujarnya.

Di akhir wawancara, Saputri menyampaikan penghargaan mendalam kepada ibunya. “Meskipun didikan ibu keras, aku tahu itu karena ia mengalami stres berat. Namun, bagiku, ibu tetap sosok perempuan yang hebat dan kuat,” tutupnya dengan penuh haru, menandai akhir dari sebuah perjalanan inspiratif yang penuh makna.