
Surabaya, TeropongJakarta.com – Pagi hari, saat kota masih sibuk bersiap, Rr Monica Rosi Eka Putri telah lebih dulu menjalankan tugas pertamanya sebagai ibu. Menemani anak bermain sebelum berangkat kerja menjadi rutinitas kecil yang ia jaga setiap hari. “Walau sebentar, itu momen penting untuk anak dan saya,” ujarnya kepada TeropongJakarta.
Perempuan asal Surabaya ini adalah representasi nyata dari perempuan modern yang menjalani berbagai peran dalam hidup sebagai ibu, istri, profesional, hingga pelaku usaha kecil. Di kantor, ia bekerja sebagai sekretaris divisi di sebuah perusahaan swasta. Fokus, detail, dan multitasking menjadi bagian tak terpisahkan dari pekerjaannya.
Selepas jam kerja, Monica tak langsung beristirahat. Waktunya ia alihkan kembali ke keluarga. “Sebisa mungkin, pulang kantor itu waktunya buat anak dan suami. Main bareng, ngobrol santai, dan saling hadir,” katanya.
Monica mengaku keseimbangan hidup ibu bekerja tidak selalu mudah dicapai. Namun baginya, yang terpenting adalah kehadiran penuh di setiap peran yang ia jalani. “Saya nggak nuntut harus sempurna, tapi berusaha tetap hadir sepenuhnya, baik di rumah maupun di kantor,” tuturnya.

Menariknya, di sela-sela waktu luang malam hari, Monica juga mengelola usaha kecil jasa titip atau jastip. Ia menjalaninya dengan semangat, bukan sekadar untuk tambahan penghasilan, tetapi sebagai bentuk aktualisasi diri. “Kalau lagi semangat, saya urus jastip. Rasanya puas bisa produktif meski dari rumah,” ucapnya.
Perjalanan Monica tak lepas dari peran besar sang suami yang disebutnya sebagai support system utama. “Suami saya punya usaha sendiri, jadi waktu kerjanya fleksibel. Itu sangat membantu, apalagi soal urusan anak dan rumah,” katanya. Peran ayah dalam keluarga, menurut Monica, sangat krusial untuk menciptakan keseimbangan di rumah tangga.
Dalam soal pertemanan, Monica mengaku lebih nyaman berada di lingkaran kecil yang satu frekuensi. Ia tidak terlalu mementingkan intensitas pertemuan, namun lebih kepada kualitas hubungan. “Nggak harus sering ketemu, tapi pas ngobrol bisa saling dukung dan terbuka. Itu yang penting,” tuturnya.
Ia lebih suka berkumpul dalam acara yang intim, seperti ngopi bareng, arisan kecil, atau sharing session santai. Menurut Monica, waktu luang yang terbatas membuatnya harus selektif memilih kegiatan sosial. “Saya cari yang sejalan sama energi dan value saya,” katanya.
Keseimbangan hidup ibu bekerja tak selalu berjalan mulus. Monica pun tak menutupi kenyataan bahwa burnout sesekali datang menghampiri. Namun ia memiliki cara sendiri untuk meredamnya. “Kalau udah mulai ngerasa burnout, saya tarik napas dulu. Ambil jarak, me time, atau cerita ke suami. Itu cukup membantu,” jelasnya.
Menurutnya, support system keluarga sangat penting ketika menghadapi tekanan. Suami menjadi tempat paling aman untuk mencurahkan isi hati. “Nggak dihakimi, malah dibantu cari solusi,” ucapnya.
Tak hanya dari pasangan, Monica juga kerap mendapat kekuatan dari teman dekat yang memahami kondisi serupa. Baginya, memiliki komunitas yang suportif bisa menjadi obat yang menenangkan. “Kadang kita cuma butuh didengar dan tahu bahwa kita nggak sendiri,” tambahnya.
Ia menilai pentingnya self-care bagi perempuan modern. Bagi Monica, menjaga kesehatan mental dan mengenali batas diri adalah bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri. “Kita nggak harus selalu kuat. Yang penting tahu kapan harus istirahat dan kapan harus jalan,” katanya.
Monica juga mengajak sesama perempuan untuk tidak terjebak dalam standar keseimbangan hidup yang kaku. “Hidup itu dinamis. Kadang kerjaan padat, kadang keluarga yang butuh lebih. Nggak apa-apa. Yang penting tahu prioritas dan jangan terlalu keras sama diri sendiri,” katanya dengan nada tenang.
Ia menutup obrolan dengan satu pesan sederhana namun kuat: “Hidup bukan lomba siapa yang paling sibuk, tapi siapa yang paling bisa nikmatin prosesnya.” Sebuah refleksi mendalam tentang bagaimana perempuan masa kini menavigasi peran tanpa harus kehilangan kendali atas dirinya.