Klaten, TeropongJakarta.com – Ayu Dianita Sari, seorang putri daerah dari Klaten, kini menorehkan prestasi di negeri Sakura. Ia tengah menempuh pendidikan S2 di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Chuo, Jepang, dengan beasiswa bergengsi dari pemerintah Jepang, yaitu MEXT. Dalam sebuah wawancara, Ayu berbagi cerita mengenai perjalanannya meraih mimpi dan tantangan yang dihadapinya.

“Saya berasal dari Klaten, sebuah kota kecil yang penuh dengan kenangan masa kecil. Saat ini, saya sedang menjalani kuliah S2 di Jepang dengan beasiswa MEXT. Ini adalah kesempatan luar biasa yang sangat saya syukuri,” ungkap Ayu memulai ceritanya.

Ayu merupakan lulusan S1 Jurusan Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Sejak duduk di bangku S1, Ayu telah aktif mengikuti berbagai kegiatan internasional. “Saya berkesempatan menjadi presenter yang mempresentasikan hasil penelitian di tiga konferensi internasional, mengikuti international summer program di Vietnam, dan menjalani pertukaran pelajar di Fukuoka, Jepang selama satu tahun,” jelas Ayu.

Tidak hanya itu, Ayu juga meraih tiga beasiswa selama masa studinya di UGM. “Saya mendapatkan beasiswa dari CIMB Niaga dengan total sebesar 30 juta rupiah. Kemudian, saya juga mendapat Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari Kementerian Ristek Dikti, serta beasiswa JASSO dari pemerintah Jepang untuk menjalani program pertukaran pelajar di Jepang,” tambahnya.

Prestasi Ayu tidak berhenti di situ. Bersama timnya, ia berhasil memenangkan program rekognisi tugas akhir di UGM dan mendapatkan dana hibah penelitian sebesar 50 juta rupiah. “Hasil penelitian kami bahkan sudah dipublikasikan di jurnal internasional yang terindeks Scopus Q2, yaitu Infrastructures Journal yang diterbitkan oleh MDPI,” katanya dengan bangga.

Selain prestasi akademik, Ayu juga memegang peran penting di kegiatan KKN. “Saat S1, dosen dan teman-teman meminta saya untuk menjadi ketua KKN di Kalimantan Timur. Awalnya, saya merasa ini adalah tugas yang sangat menantang dan berat, karena harus memimpin 29 mahasiswa dalam program KKN selama hampir dua bulan. Namun, setelah berpikir matang, saya akhirnya menyanggupinya dan alhamdulillah, program KKN berjalan dengan lancar,” tutur Ayu.

Setelah menyelesaikan studi S1, Ayu memulai karir profesionalnya di Indonesia. “Saya bekerja selama kurang lebih tiga tahun di Indonesia. Pertama, saya diterima sebagai management trainee di sebuah manufaktur di Bogor. Kemudian, saya bekerja di sebuah multinational company di Jakarta, dan yang terakhir, saya bekerja di sebuah konsultan di Jakarta,” cerita Ayu tentang pengalaman kerjanya.

Namun, Ayu merasa ada keinginan untuk melanjutkan studi dan berkarir di Jepang. “Saya ingin melanjutkan studi master dan berkarir di Jepang, oleh karena itu saya mencoba mendaftar beasiswa MEXT. Alhamdulillah, saya diterima di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Chuo, dan bergabung di Laboratorium Sistem Perkotaan,” jelas Ayu.

Kehidupan di Tokyo, menurut Ayu, memberikan tantangan tersendiri. “Saat pertama kali menginjakkan kaki di Tokyo, rasanya sangat berat. Sebelumnya, saya bekerja di Indonesia dengan mode Work From Home, jadi jarang keluar rumah. Di sini, saya harus bersahabat dengan keramaian Metro Tokyo yang sangat padat, terutama di Stasiun Shinjuku yang sangat besar dan sering membuat tersesat,” ungkap Ayu sambil tersenyum.

Meski demikian, Ayu mengakui bahwa kuliah di Jepang adalah pengalaman yang menantang, terutama karena ia lintas jurusan dari Pembangunan Wilayah ke Teknik Sipil dan Lingkungan. “Namun, dosen-dosen di Universitas Chuo sangat baik, dan teman-teman di sini sangat suportif, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar,” kata Ayu.

Selain kuliah, Ayu juga aktif dalam berbagai kegiatan di luar kampus. “Saya diminta oleh Sensei untuk menjadi asisten dosen, membantu mengajar mahasiswa sarjana di Universitas Chuo. Selain itu, saya kerap diundang sebagai pembicara oleh English Speaking Society Group di Tama City General Welfare Center untuk menceritakan tentang Indonesia dan kehidupan saya di Jepang,” cerita Ayu.

Ayu juga pernah diundang sebagai pembicara di webinar, terutama yang berkaitan dengan perjalanan sebagai penerima beasiswa MEXT. “Saya sangat senang bisa berbagi pengalaman dan menyemangati pemuda-pemudi Indonesia yang ingin melanjutkan studi dengan beasiswa,” tutupnya dengan antusias.

Perjalanan Ayu Dianita Sari dari Klaten ke Jepang adalah bukti nyata bahwa dengan tekad, kerja keras, dan semangat belajar yang tinggi, mimpi besar dapat terwujud. Ayu menjadi inspirasi bagi banyak generasi muda Indonesia yang ingin mengejar pendidikan tinggi dan berkarir di luar negeri.