
Jakarta, TeropongJakarta.com – Muhammad Edi Suryanto, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai Merah, kembali menjalankan ritual nirakati Indonesia di Monumen Nasional. Kedatangannya ke Jakarta pada Kamis 21 Agustus 2025 sore, pukul 16.00 WIB, langsung disambut dengan langkah spiritual mengelilingi Monas.
Kali ini, Kyai Merah tidak sendiri. Ia didampingi temen seperguruan saat berguru di tempat Habib Hasan bin Muhammad bin Muhdor Al-Aydrus Purworejo Jawa Tengah Haji Anang Rahmadi yang sekarang menjadi tokoh masyarakat di Martapura, Kalimantan Selatan yang dengan setia mengikuti setiap putarannya.
Ritual nirakati ini bukan sekadar laku pribadi. Ia meniatkan 80 kali putaran Monas sebagai doa bagi Indonesia yang berusia 80 tahun merdeka, sekaligus untuk Presiden Prabowo Subianto yang identik dengan nomor 08. Tema “80 08” menjadi pengikat doa-doanya.
Namun, perjalanan batin itu kembali terbatas waktu. Monas hanya dibuka hingga pukul 18.00 WIB, sehingga putaran yang diniatkan belum dapat rampung. Meski demikian, Kyai Merah tetap menegaskan bahwa doa tidak terputus hanya karena langkah fisik berhenti.
Laku nirakati sejatinya dimulai dari Tidar, Magelang, pada 16 Agustus 2025 pukul 23.45 WIB. Kawasan itu dipercaya masyarakat Jawa sebagai pakunya tanah Jawa, titik pusat keseimbangan spiritual. Dari sanalah ia memulai niat dan doa untuk negeri.
Sejak awal, jalan spiritual ini penuh rintangan. Pada 17 Agustus malam, beberapa kali putaran karena Monas ditutup lebih awal. Sehari kemudian, 18 Agustus, langkahnya ketika sudah beberapa kali putaran kembali terhenti setelah menerima kabar sang guru, Abuya KH. Muhammad Thoifur Mawardi, sakit keras.
Kabar itu kemudian berubah menjadi duka. Abuya Thoifur wafat pada 19 Agustus pukul 16.22 WIB dan dimakamkan sehari setelahnya di Purworejo. Kyai Merah menghentikan sementara laku nirakaitinya sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Setelah kepergian sang guru, Kyai Merah melanjutkan janji spiritualnya. Baginya, doa dan ikhtiar batin harus dituntaskan. “Janji ini harus selesai, meski dengan segala keterbatasan,” ujar seorang santri yang mendampinginya.
Tokoh masyarakat asal Kalimantan yang kini menyertainya menjadi saksi perjalanan itu. Ia menyebut kehadirannya bukan kebetulan, melainkan bentuk cinta kepada temen seperguruan. “Saya ingin mendampingi Kyai hingga doa ini selesai,” katanya singkat.
Ritual mengelilingi Monas bukan pertama kali dilakukan Kyai Merah. Pada 2018, ia pernah menuntaskan putaran serupa selama sembilan jam penuh. Bedanya, kali ini laku tersebut lebih sarat makna, karena bertepatan dengan usia kemerdekaan ke-80 dan kepemimpinan baru di Indonesia.
Bagi Kyai Merah, setiap langkah mengelilingi Monas adalah pusaran doa. “Semoga Indonesia menjadi mercusuar dunia, dan Presiden Prabowo Subianto menjadi pemimpin yang amanah serta sehat sampai akhir masa jabatannya,” tuturnya.