
Bandar Lampung, TeropongJakarta.com – Ida Septiana, seorang perempuan asal Bandar Lampung, kini dikenal di kalangan sesama Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Singapura karena hobi fotografi dan konten kreatifnya. Lulusan D3 Akuntansi dari DCC College di Bandar Lampung ini memulai perjalanan yang tidak terduga ketika pandemi COVID-19 membatasi peluang kerja di Indonesia.
“Saat pandemi, aku susah banget cari kerjaan di Lampung. Akhirnya aku nekat ke Singapura jadi TKW, meskipun awalnya gak punya pengalaman sama sekali,” ujar Ida. Meski menghadapi tantangan besar di awal, ia berhasil beradaptasi dengan cepat di lingkungan baru.
Banyak orang mungkin memiliki pandangan negatif tentang pekerjaan sebagai TKW, tetapi Ida melihatnya dari sisi yang berbeda. Ia menemukan bahwa pekerjaan ini tidak seburuk yang dibayangkan. “Gaji di sini jauh lebih besar dibanding kerja kantoran di Lampung, dan aku juga dapat libur setiap minggu. Itu jadi kesempatan buat eksplorasi Singapura,” katanya.
Setiap hari Minggu, saat mendapat libur, Ida memilih untuk berkeliling ke berbagai tempat di Singapura. Ia mengabadikan setiap momen dengan kamera ponselnya. “Menurut aku, semua sudut Singapura itu aesthetic dan bagus banget buat foto-foto,” ujarnya dengan antusias.

Berbeda dengan content creator profesional yang menggunakan fotografer atau kamera mahal, Ida lebih mengandalkan teman-temannya untuk membantunya mengambil foto. “Aku foto sendiri atau dibantu teman-teman. Gak ada fotografer khusus, tapi hasilnya tetap keren,” tuturnya sambil tertawa.
Hobi fotografi dan eksplorasi kota ini ternyata mendapat dukungan penuh dari sesama PMI di Singapura. Banyak teman-temannya yang juga ikut berpartisipasi dalam sesi foto atau sekadar menemani Ida jalan-jalan. “Mereka dukung banget karena ini termasuk hobi yang positif. Daripada di kamar aja pas libur, mending eksplor tempat baru,” kata Ida.
Ida mengungkapkan bahwa menjadi PMI di luar negeri membuka banyak peluang baru yang sebelumnya tidak ia bayangkan. Salah satunya adalah kesempatan untuk berbagi cerita dan pengalaman melalui media sosial. Ia kerap membagikan foto dan cerita perjalanan di akun pribadinya.
Dengan semakin banyaknya orang yang tertarik melihat aktivitasnya, Ida mulai berpikir untuk serius menekuni dunia content creation. “Rencana ke depan, kalau udah gak kerja di Singapura lagi, aku pengen jadi content creator full-time,” ujarnya penuh harapan.

Menurutnya, pengalaman bekerja di luar negeri tidak hanya memberinya penghasilan lebih besar tetapi juga memperluas wawasan dan cara pandangnya. “Aku belajar banyak hal, termasuk cara mandiri, beradaptasi di lingkungan baru, dan memanfaatkan peluang yang ada,” katanya.
Selain eksplorasi kota, Ida juga mulai tertarik mendokumentasikan kesehariannya sebagai PMI di Singapura. Ia ingin menunjukkan sisi lain dari kehidupan pekerja migran yang jarang terekspos di media. “Banyak orang yang gak tahu kalau di balik kerja keras kami, ada cerita menarik dan banyak hal yang bisa dibagikan,” tuturnya.

Bagi Ida, sosial media bukan sekadar tempat berbagi foto, tetapi juga sarana untuk menginspirasi orang lain. Ia berharap bisa memberikan motivasi bagi mereka yang sedang berjuang mencari peluang hidup yang lebih baik. “Aku ingin menunjukkan kalau kita bisa sukses di mana saja, selama kita mau berusaha dan memanfaatkan kesempatan dengan baik,” katanya.
Saat ditanya tentang tantangan menjadi seorang content creator sambil bekerja, Ida mengakui bahwa membagi waktu adalah hal yang paling sulit. Namun, ia tetap menikmati prosesnya. “Selama kita punya niat dan enjoy, pasti bisa jalan dua-duanya. Yang penting konsisten,” ujarnya.
Kini, dengan semakin banyaknya orang yang tertarik mengikuti perjalanan dan kisahnya, Ida semakin yakin dengan mimpinya. “Aku gak nyangka bisa sejauh ini. Dulu cuma hobi, sekarang mulai serius. Mudah-mudahan bisa berkembang lebih jauh lagi,” ungkapnya.

Ke depannya, Ida berencana untuk terus mengembangkan kontennya, termasuk berkolaborasi dengan content creator lain dan memperluas jangkauan audiensnya. “Aku ingin berbagi lebih banyak cerita dan pengalaman, baik tentang Singapura maupun tentang perjalanan hidupku sendiri,” tutupnya.
Dengan semangat dan tekad yang kuat, Ida Septiana membuktikan bahwa dari mana pun kita berasal, selalu ada jalan untuk berkembang dan mengejar impian.