Cilacap, TeropongJakarta.com – Joko Priyanto, yang akrab disapa Friyan, adalah seorang pemuda berusia 21 tahun yang lahir di Cilacap pada 14 Oktober 2003. Meskipun hidup di desa, Friyan berhasil menorehkan prestasi gemilang di dunia digital sebagai manajer influencer dan content creator di TikTok. Keberhasilan yang diraihnya bukan hanya tentang penghasilan dua digit yang menggiurkan, tetapi juga tentang semangat pantang menyerah untuk menggapai impian dari kampung halaman.
“Awalnya, saya tidak pernah menyangka bisa bekerja di bidang manajemen influencer dari desa. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya karena meskipun tinggal di kampung, saya tetap bisa meraih pendapatan yang cukup besar,” ujar Friyan dengan senyum bangga.
Sebagai seorang manajer influencer, Friyan mengandalkan ponsel dan jaringan internet untuk bekerja. Tantangan terbesar yang dihadapinya adalah masalah sinyal. “Sering kali sinyal tiba-tiba hilang karena tower penguat sinyal di desa hanya satu, dan jika listrik padam, sinyal ikut mati,” jelasnya. Untuk mengatasi hal ini, Friyan memilih untuk ngekos di kecamatan sebelah yang lebih kota. Di sana, ia bisa bekerja dan membuat konten dengan nyaman berkat sinyal yang stabil.
Tidak hanya sukses di manajemen influencer, Friyan juga aktif sebagai content creator di TikTok dengan akun tiktok.com/@friyannn_ yang kini memiliki lebih dari 32 ribu pengikut. Kegemarannya dalam mereview produk skincare bermula dari rasa insecure terhadap wajahnya yang penuh bopeng dan bekas cacar. “Awalnya, saya mencoba beberapa produk skincare dan ternyata cocok. Saya iseng memposting skincare routine di TikTok, dan ternyata banyak yang tertarik,” katanya.
Kesuksesan Friyan di TikTok tidak terjadi begitu saja. Ia memulai dengan menerima endorse gratis atau barter, di mana ia hanya mendapat produk untuk di-review tanpa bayaran. “Saya selalu mengikuti tren, mulai dari sound yang lagi viral hingga update produk skincare terbaru. Yang terpenting, saya menjaga kualitas video,” ungkapnya.
Meski sempat diremehkan oleh orang-orang sekitar yang tidak percaya bahwa uang bisa didapatkan hanya dengan modal ponsel, Friyan tetap konsisten. Kini, setelah ia bisa membeli berbagai barang seperti peralatan rumah, ponsel baru, hingga motor, masyarakat sekitar mulai mengapresiasi pekerjaannya sebagai content creator.
“Orang-orang di sekitar awalnya tidak percaya kalau uang bisa didapatkan hanya dengan modal handphone. Tapi setelah saya bisa membeli barang-barang seperti peralatan rumah, handphone baru, hingga motor, mereka mulai percaya dan mengapresiasi pekerjaan saya,” tambah Friyan.
Bagi Friyan, tantangan terbesar bekerja dari desa adalah masalah sinyal. “Sering kali sinyal tiba-tiba hilang karena tower penguat sinyal di desa hanya satu. Kalau listrik padam, sinyal juga ikut hilang,” jelasnya. Untuk mengatasi hal ini, Friyan memilih untuk ngekos di kecamatan sebelah yang lebih kota. Di sana, ia bisa bekerja dan membuat konten dengan nyaman berkat sinyal yang stabil.
Friyan merasa sangat bangga dengan pencapaiannya. “Bekerja dari rumah di desa dan bisa mendapatkan penghasilan besar adalah sesuatu yang membanggakan. Saya berharap bisa terus berkembang dan menginspirasi anak-anak muda lainnya di desa untuk tidak takut bermimpi besar,” tutupnya.
Kisah Friyan adalah bukti nyata bahwa dengan kerja keras dan kreativitas, batasan geografis bukanlah halangan untuk meraih kesuksesan di era digital.