Sukabumi, TeropongJakarta.com – Di tengah lanskap media sosial yang terus berubah oleh algoritma dan tren, sebagian kreator digital mulai menata ulang strategi mereka. Tidak lagi semata mengejar jangkauan dan viralitas, tetapi membangun relasi jangka panjang berbasis kepercayaan. Pola ini terlihat dalam perjalanan Asyifa Sakinah, kreator digital asal Sukabumi, yang bertransformasi dari influencer menjadi pelaku usaha berbasis nilai.
Asyifa memulai aktivitasnya di media sosial tanpa rancangan bisnis yang terukur. Ia hanya membagikan keseharian, pemikiran, serta nilai hidup yang ia yakini. Konten tersebut perlahan menemukan audiensnya sendiri. Interaksi yang konsisten kemudian berkembang menjadi relasi yang lebih dalam. “Awalnya saya hanya berbagi hal-hal sederhana, tanpa rencana membangun bisnis,” kata Asyifa. “Relasi dengan audiens tumbuh secara alami, begitu juga kepercayaan mereka.”
Kesadaran akan arti kepercayaan menjadi titik balik. Ia menyadari bahwa audiens bukan sekadar pengikut, melainkan pihak yang mempercayai narasi dan sikap yang ia tampilkan di ruang publik digital. “Di situ saya mulai melihat bahwa kepercayaan bukan hanya pencapaian, tapi juga tanggung jawab,” ujarnya. Sejak saat itu, media sosial tidak lagi ia pandang sebagai ruang personal semata, melainkan ruang relasi jangka panjang.

Pandangan tersebut memengaruhi cara ia membangun bisnis. Asyifa tidak menempatkan produk sebagai pusat konten, melainkan proses dan nilai di baliknya. Ia memilih pendekatan bercerita, menampilkan pengalaman nyata termasuk tantangan dan kegagalan. “Saya percaya audiens tidak hanya tertarik pada hasil akhir yang terlihat sempurna, tetapi juga pada prosesnya,” kata dia.
Dalam industri influencer yang semakin kompetitif, pendekatan ini menjadi pembeda. Banyak kreator menghadapi tekanan untuk selalu mengikuti tren dan perubahan algoritma. Menurut Asyifa, tantangan terbesar justru menjaga jati diri. “Tekanan untuk selalu relevan sering membuat orang lupa pada nilai awal yang mereka bangun,” ujarnya.
Ia memilih bersikap selektif dalam merespons tren. “Tidak semua tren perlu diikuti, dan tidak semua peluang harus diambil,” kata Asyifa. Prinsip tersebut ia jadikan landasan dalam mengambil keputusan, baik terkait konten maupun pengembangan bisnis. Sikap ini, menurutnya, penting untuk menjaga konsistensi brand dalam jangka panjang.

Soal perubahan algoritma, Asyifa memilih beradaptasi secara teknis tanpa mengubah substansi pesan. “Saya menyesuaikan format dan cara penyampaian, tapi karakter dan nilai utama tetap dijaga,” ujarnya. Strategi tersebut ia anggap sebagai cara bertahan di tengah dinamika platform yang terus berubah.
Ke depan, Asyifa menargetkan pengembangan bisnis yang berkelanjutan. “Bagi saya, berkembang bukan hanya soal memperbesar skala, tetapi menjaga makna dan hubungan yang sudah terbangun,” katanya. Di tengah maraknya influencer instan, pengalaman Asyifa menunjukkan bahwa dalam ekonomi digital, kepercayaan tetap menjadi modal yang tidak tergantikan.
