Majalengka, TeropongJakarta.com – Menjadi ibu rumah tangga seringkali dipandang sebagai fase hidup yang menuntut fokus total pada keluarga. Namun bagi Dinny, seorang ibu dari Majalengka, peran itu justru menjadi titik awal untuk menemukan keseimbangan antara keluarga, produktivitas, dan kesehatan pribadi.
Sejak 2014, Dinny meninggalkan dunia korporasi. Ia memulai karir profesional pada 2012, namun setelah kelahiran anak kedua, Dinny memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus mengurus rumah tangga. “Awalnya aku merasa puas menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Semua energi tersalurkan untuk anak-anak,” ujar Dinny.
Meski demikian, seiring waktu, rasa jenuh mulai muncul. Hidupnya terasa monoton, tanpa aktivitas fisik yang berarti. Jalan kaki sebentar di lapangan pun jarang dilakukan. Pada 2022, Dinny menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan mulai berolahraga. Ia mengikuti kelas poundfit, latihan berbasis musik yang memadukan kardio dan kekuatan tubuh. Selain itu, ia juga mulai mendaftar berbagai event olahraga untuk menantang diri sendiri.
Momentum itu sempat menurun menjelang akhir 2023, ketika rutinitas sehari-hari kembali menyita waktu dan semangatnya untuk berolahraga mulai meredup. Namun pada Juni 2025, Dinny menemukan olahraga yang benar-benar mengubah perspektifnya: lari. “Awalnya aku tidak menyukai lari. Aku pikir itu sangat melelahkan, tapi aku memutuskan mencoba dengan kesadaran penuh,” katanya.
Event lari pertamanya, sejauh 5 kilometer, sukses diselesaikan. Sejak itu, Dinny menjadi rutin mengikuti berbagai lomba lari dan merasakan perubahan signifikan pada tubuh dan mentalnya. Menurut Dinny, pencapaian bukan hanya soal garis finish, tetapi proses yang dilalui untuk sampai ke sana. “Menjadi ibu rumah tangga tidak berarti berhenti produktif atau merawat diri. Semua bisa dimulai kapan saja,” tegasnya.
Selain berolahraga, Dinny juga merintis bisnis kecil untuk tetap aktif secara profesional. Ia membagi waktunya dengan cermat antara keluarga, usaha, dan aktivitas fisik. Pendekatan ini ia sebut sebagai strategi untuk menjaga kesehatan mental sekaligus tetap produktif. “Setiap langkah, sekecil apapun, adalah bagian dari proses menjadi versi terbaik dari diri sendiri,” ungkap Dinny.
Kisah Dinny menghadirkan pelajaran penting: batasan peran gender atau status sebagai ibu rumah tangga tidak seharusnya menjadi penghalang untuk mengejar minat, menjaga kesehatan, dan tetap produktif. Dengan disiplin, kesadaran, dan keberanian untuk memulai, siapa pun bisa menemukan keseimbangan hidup yang memuaskan.
Dinny menutup percakapan dengan pesan inspiratif: “Jangan takut memulai sesuatu untuk diri sendiri. Produktivitas, kesehatan, dan kebahagiaan bisa berjalan beriringan, bahkan bagi seorang ibu rumah tangga. Kuncinya adalah kesadaran, konsistensi, dan keberanian untuk melangkah.”
