
JAKARTA, TeropongJakarta.com – Di usia yang baru menginjak 18 tahun, Dini Aulia sudah menorehkan dua pencapaian besar. Mahasiswi kedokteran semester dua Universitas Trisakti ini dinobatkan sebagai Winner Miss Hijab Sosial DKI Jakarta 2025 dan sekaligus menjadi pendiri gerakan sosial Jakarta Mengajar.
Dini meraih gelar itu setelah melewati rangkaian seleksi panjang yang penuh tantangan. Prosesnya dimulai dari pra-karantina, karantina, hingga grand final. Dalam setiap tahap, ia diuji mulai dari tilawah, wawancara mendalam, unjuk bakat, catwalk, hingga motion challenge yang menuntutnya berpikir kritis secara spontan terkait isu-isu aktual di Indonesia.
“Setiap tantangan punya bobotnya masing-masing. Yang terberat justru motion challenge karena harus menjawab cepat dengan tetap menjaga ketenangan,” kata Dini saat ditemui di Jakarta, Jumat, 1 Agustus 2025.

Meski berhadapan dengan finalis lain yang tak kalah berprestasi, Dini memilih tampil tanpa beban. Ia ingin menunjukkan keberanian sekaligus semangat memberikan yang terbaik, bukan sekadar mengejar kemenangan. “Saya ingin meninggalkan kesan bahwa perempuan muda bisa punya suara dan aksi nyata,” ujarnya.
Kesibukan Dini tak berhenti di panggung kontes. Di luar gelar Miss Hijab, ia menjalani rutinitas padat sebagai mahasiswi kedokteran. Mata kuliah praktikum, laporan penelitian, dan jadwal organisasi menjadi bagian dari kesehariannya. “Kuncinya ada di manajemen waktu. Kalau tidak, semua bisa berantakan,” ucapnya.
Di tengah padatnya jadwal kuliah, pada April 2025 lalu Dini mengambil langkah besar dengan mendirikan Jakarta Mengajar. Gerakan ini bertujuan membuka akses pendidikan bagi anak-anak dari keluarga pra-sejahtera di Ibu Kota.

Berawal dari komunitas kecil di media sosial, Jakarta Mengajar kini melibatkan puluhan relawan dari berbagai latar belakang. Dalam waktu singkat, mereka telah mengajar ratusan anak di beberapa titik wilayah Jakarta. Materinya tak hanya seputar pelajaran sekolah, tapi juga keterampilan hidup dan motivasi diri.
“Anak-anak ini punya potensi besar, hanya saja akses mereka terbatas. Kami ingin hadir sebagai jembatan,” ujar Dini.
Bagi Dini, usia muda bukan alasan untuk menunda berkontribusi. Ia meyakini kesiapan tidak datang dari menunggu, melainkan dari keberanian mengambil langkah pertama. “Siap itu bukan soal menunggu. Siap itu dibuktikan dengan mulai mencoba, meski kita masih merasa kurang,” katanya.
Ia menambahkan, setiap langkah kecil yang diambil hari ini dapat membawa perubahan besar di masa depan. Prinsip itu menjadi energi penggerak setiap kegiatannya, baik di dunia akademis, sosial, maupun pengembangan diri.
Dengan prestasi dan aktivitasnya, Dini Aulia menjadi contoh generasi muda yang memadukan intelektualitas, kepedulian sosial, dan integritas. “Saya percaya, ketika kita melangkah untuk orang lain, kita juga sedang membentuk versi terbaik diri kita sendiri,” ujarnya.