Tulungagung, TeropongJakarta.com – Di Kepatihan, sebuah kawasan padat di Tulungagung, Jawa Timur, hari Fadiilah Sri Aprilia dimulai sejak pagi benar. Bukan hanya oleh suara wajan dan aroma ayam goreng, tetapi juga oleh tanggung jawab yang berlapis: sebagai ibu dua anak, pelaku UMKM kuliner, sekaligus content creator yang menggantungkan sebagian pertumbuhan usahanya pada media sosial. Bagi Fadiilah, semua peran itu bukan pilihan terpisah, melainkan satu rangkaian perjuangan yang saling menguatkan.
Motivasi terbesarnya sederhana sekaligus mendasar: masa depan anak-anaknya. Ia ingin memiliki rumah sendiri ruang aman tempat anak-anak tumbuh tanpa rasa cemas. Lebih dari sekadar tempat tinggal, rumah itu menjadi simbol kemandirian dan harapan. “Saya ingin memberikan pendidikan dan fasilitas terbaik agar anak-anak saya punya pengetahuan luas dan ilmunya bermanfaat untuk banyak orang,” kata Fadiilah.
Mengelola usaha fried chicken sambil membesarkan anak menuntut disiplin dan sistem. Fadiilah tak lagi mengandalkan tenaga sendiri. Usahanya kini ditopang oleh karyawan di setiap lini kerja penjualan, pengolahan, hingga pemotongan ayam. Setiap pagi, ia memastikan roda usaha berjalan dengan baik dengan mengatur kinerja tim. Malam hari ia habiskan untuk memantau laporan penjualan dan mengevaluasi hari yang telah berlalu. Pola ini membuatnya tetap memegang kendali tanpa kehilangan perannya sebagai ibu.

Di sela-sela itu, Fadiilah juga aktif sebagai content creator. Ia memanfaatkan waktu setelah mengurus anak dari mengantar sekolah hingga menunggu mereka pulang untuk menyusun konten dan merencanakan aktivitas bisnis. Media sosial, baginya, bukan sekadar etalase digital, melainkan ruang komunikasi langsung dengan konsumen. “Di zaman sekarang, bisnis harus terlihat. Kita harus rajin muncul, ngonten, dan live agar orang tahu produk kita,” ujarnya.
Meski anak-anaknya sudah duduk di bangku TK dan mulai memiliki aktivitas sendiri, Fadiilah tidak mengabaikan aspek emosional. Ia percaya kualitas lebih penting daripada kuantitas waktu. Setiap hari, minimal 30 menit ia luangkan untuk deep talk mengobrol ringan, menanyakan perasaan, dan mendengarkan cerita anak. Jika ada persoalan, seperti konflik di sekolah, ia memilih membicarakannya perlahan, bahkan mengajak anak makan di luar agar suasana lebih cair. Baginya, kejujuran anak tumbuh dari rasa aman, bukan dari tekanan.

Namun perjalanan membangun usaha tak selalu manis. Tantangan terberat justru datang dari dalam: sumber daya manusia. Fadiilah pernah mengalami kecurangan dari orang kepercayaan mulai dari penyalahgunaan resep rahasia, pencurian uang penjualan, hingga upaya menghasut karyawan lain untuk resign. Pengalaman itu mengajarkannya satu hal: kepercayaan dalam bisnis harus dibangun dengan sistem, bukan sekadar kedekatan.
Kepada para ibu muda yang ingin memulai usaha dari rumah, Fadiilah menyampaikan pesan tegas: jangan mudah menyerah. “Harus ulet dan tahan mental. Jangan malu jualan, tawarkan ke siapa pun. Kalau penjualan turun, jangan berhenti introspeksi dan cari solusi,” katanya. Baginya, lelah boleh, berhenti jangan. Sebab di balik usaha kecil yang dijalani hari ini, ada banyak mimpi besar yang sedang diperjuangkan.
