
Palangkaraya, TeropongJakarta.com – Sejak taman kanak-kanak, Mita Ashary sudah gemar bermain dengan alat rias sederhana. Ketertarikannya pada makeup terus berlanjut hingga bangku sekolah dasar, lalu berkembang ke bidang lain seperti potong rambut, creambath, hingga facial. “Awalnya dari makeup, lalu merembet ke yang lain sejak kelas 5 SD,” kata Mita, saat dihubungi.
Bakat itu berkembang cepat. Saat remaja lain masih sibuk nongkrong selepas sekolah, Mita justru memilih bekerja di salon. Bahkan, sejak SMP ia sudah berani mengajarkan siswa SMK jurusan kecantikan berbagai teknik dasar perawatan rambut dan wajah. “Umurku lebih muda dari mereka, jadi aku sering jadi model langsung,” ujarnya sambil tersenyum.
Mengajar dengan posisi sebagai klien membuat Mita lebih peka. Ia bisa merasakan langsung tangan yang terampil dan yang tidak, sehingga teknik yang diajarkannya lebih tepat sasaran. Dari pengalaman itu, ia semakin yakin bahwa kecantikan adalah dunia yang ingin digelutinya serius.

Selepas SMP, kemampuannya semakin lengkap. Ia menguasai berbagai keterampilan salon: potong rambut, keriting, smoothing, pewarnaan, makeup, hingga lash lift. Semua ia pelajari sembari terus bekerja selepas sekolah. “Jadi ketika orang lain jalan-jalan, aku lebih memilih kerja,” katanya.
Setelah lulus SMA, Mita melanjutkan kuliah di salah satu universitas di Palangkaraya, jurusan Bahasa Inggris. Di saat yang sama, ia merintis salon miliknya sendiri. Di sela kuliah, ia mengurus promosi, rekrutmen pegawai, hingga urusan penggajian. Semua dikerjakan dengan ketat agar tak ada yang terbengkalai.
Kesibukan itu tidak membuatnya lupa pada mimpi lain: menjadi praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Ia belajar SKD di sela-sela tugas kuliah dan pekerjaan salon. “Kuncinya bikin timeline mana yang lebih prioritas,” ujarnya. Usahanya berbuah hasil, Mita diterima di IPDN.

Meski harus tinggal jauh dari kampung halaman, Mita tetap memantau jalannya salon. Setiap cuti, ia selalu mencari hal baru untuk dibenahi, mulai dari sistem promosi, standar pelayanan, hingga evaluasi kerja pegawai. “Kalau promosi lewat media sosial, tapi yang utama tetap kualitas pelayanan agar client kembali lagi,” katanya.
Dalam merekrut pegawai, Mita mencari yang berpengalaman namun tetap memberi pelatihan tambahan. Baginya, setiap orang yang bekerja di salonnya harus paham standar operasional yang ia terapkan. “Sebelum terjun kerja, pasti kita training dulu. Habis itu ada briefing evaluasi rutin,” ujarnya.
Kini, setelah lulus dari IPDN, Mita tetap menggabungkan dua jalannya: karier birokrasi dan dunia kecantikan. Keduanya ia jalani dengan manajemen waktu yang ketat, seperti yang sudah ia latih sejak SMP. “Semua bisa dilakukan asal tahu prioritas,” ujarnya mantap.
Bagi Mita, kecantikan bukan sekadar bisnis, melainkan cermin kedisiplinan dan konsistensi. Nilai-nilai itu pula yang ia bawa ke dunia pemerintahan. “Saya percaya, kerja keras dan komitmen sejak kecil akan menjadi bekal utama untuk masa depan,” katanya menutup perbincangan.