
Semarang, TeropongJakarta.com – Lampu-lampu strobo berputar cepat, memantul di wajah-wajah penonton yang bersorak mengikuti dentuman bass. Di balik meja turntable, seorang perempuan tersenyum lebar, tangannya lincah memutar knob dan menekan tombol. Dialah Nita Febi Riskana, atau yang dikenal dengan nama panggung DJ Baby N. Malam itu, Semarang kembali hidup oleh musiknya.
Perjalanan Nita menuju panggung tak pernah ia rencanakan. Dulu, ia hanya seorang mahasiswi psikologi yang mencari subjek penelitian. Pencariannya membawanya ke dunia malam tempat pertama kali ia melihat DJ tampil. “Awalnya cuma buat penelitian. Tapi pas lihat DJ perform, ada sesuatu yang bikin aku jatuh cinta sama dunia itu. Karena aku suka musik, aku kepikiran untuk belajar DJ,” katanya mengenang.
Rasa penasaran itu tumbuh menjadi semangat baru. Nita mulai belajar dari nol, mengenal peralatan DJ, mempelajari cara membaca suasana, hingga berani mencoba perform. Sampai suatu hari, ia mendapat tawaran job pertama. “Rasanya luar biasa. Saat aku main lagu dan lihat penonton ikut joget, aku sadar: ini passionku. Sejak itu aku seriusin karier ini,” ujarnya.

Namun jalan itu tidak selalu mulus. Dunia malam kerap dipandang miring oleh sebagian orang. Tak jarang Nita merasa ragu dengan pilihan jalannya. “Pastinya pernah. Tapi aku belajar buat tetap fokus. Aku kerja sesuai passion, cari uang yang halal. Jadi enggak peduli orang mau ngomong apa,” ucapnya mantap.
Semangat itu tak lahir begitu saja. Ada orang-orang yang ia sebut sebagai mentor yang membuatnya bertahan. “Aku belajar banyak dari kakak-kakak mentorku di HWG Semarang dan RNR. Mereka yang jadi panutan, yang ngajarin aku cara bertahan di industri ini,” katanya. Bagi Nita, dukungan itu adalah bahan bakar yang membuatnya tetap maju.
Tetap berada di panggung bukan berarti ia tak pernah lelah. Jadwal manggung yang padat dan tuntutan untuk selalu memberi hiburan terbaik sering kali menguras tenaga. Untuk mengembalikan energinya, Nita menemukan cara sederhana: berlari. “Olahraga itu wajib buat aku. Lari bikin badanku segar lagi, bikin semangat balik,” katanya.

Hubungan antara musik dan olahraga baginya seperti dua kutub yang saling melengkapi. Musik adalah ruang ekspresi, sementara olahraga adalah ruang penyembuhan. “Tidak akan ada aku yang sekarang kalau enggak ada musik. Tapi aku juga enggak akan bisa bertahan sejauh ini kalau enggak ada olahraga yang menyeimbangkan,” ucapnya.
Olahraga juga jadi ruang emosionalnya. Ketika beban pekerjaan terasa berat, atau ketika hati sedang patah, ia selalu berlari. “Lari itu kayak terapi buatku. Habis lari, moodku balik lagi. Dari kecil aku udah suka olahraga, jadi itu udah jadi cara coping stress,” ujarnya.
Di balik dentuman musik, Nita melihat DJ bukan sekadar pekerjaan. Ia merasa panggung adalah tempat ia menghubungkan dirinya dengan orang banyak. “Musik itu bahasa universal. Kadang tanpa kata-kata, musik bisa mewakili apa yang kita rasakan. Itu yang bikin aku betah di sini,” katanya.

Kisah Nita menjadi bukti bahwa passion kadang ditemukan di tempat yang tak terduga. Dari seorang mahasiswa psikologi yang hanya mencari subjek penelitian, ia kini menjadi salah satu DJ yang mulai dikenal di Semarang. Semua berkat keberanian mengambil langkah pertama.
Nita berharap kisahnya bisa menjadi inspirasi, terutama untuk perempuan yang ingin masuk ke industri hiburan. “Jangan takut sama stigma. Kalau itu bikin kamu bahagia, jalanin. Yang penting positif dan enggak merugikan orang lain,” pesannya.
Kini, DJ Baby N terus berinovasi dengan set musiknya, menjaga stamina lewat olahraga, dan memperkuat posisinya di panggung hiburan. Di setiap dentuman bass dan setiap langkah di lintasan lari, ia menemukan dirinya lagi lebih kuat, lebih percaya diri, dan lebih siap menghadapi dunia.