
Periuk, TeropongJakarta.com – Di antara raut polos anak kelas dua Sekolah Dasar, Alisya Marwa Isnaeni menyimpan semangat ganda: semangat belajar dan semangat tampil di atas panggung. Di usianya yang baru menginjak delapan tahun, Alisya sudah terbiasa berganti kostum dari seragam sekolah ke gaun panggung dalam hitungan jam. Tak sekadar ikut-ikutan, ia sudah menorehkan prestasi sejak taman kanak-kanak.
Alisya adalah siswi SDN Periuk 2, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang. Jadwalnya padat. Senin sampai Jumat untuk sekolah, akhir pekan untuk dunia modelling. Namun bagi Alisya, semuanya tetap menyenangkan. “Membagi waktu memang susah, tapi aku buat jadwal, biar tetap bisa belajar dan istirahat juga,” ujarnya dengan mantap.
Keputusan untuk terjun ke dunia modelling bukan datang tiba-tiba. Sejak usia lima tahun, Alisya sudah akrab dengan pensil warna dan kertas gambar. Hobinya menggambar dan mewarnai berkembang menjadi ketertarikan pada fashion show. Sebuah lomba busana tingkat TK yang ia menangi seolah menjadi pintu pembuka. “Sejak itu dia makin semangat tampil,” kata Sukaesih, sang ibu.
Sukaesih bukan hanya orangtua, tapi juga manajer pribadi sekaligus pendamping setia. Ia selalu ada di setiap lomba, dari persiapan kostum hingga tepuk tangan penutup. “Selama kegiatan itu positif dan tidak mengganggu waktu belajar, saya dukung penuh,” ujarnya. Ketika anak-anak lain bermain bebas di akhir pekan, Alisya justru bersolek dan berjalan di runway dengan percaya diri.

Namun tak semua momen berjalan mulus. Tantangan demi tantangan datang, terutama ketika harus bersaing dengan peserta lain yang lebih berpengalaman. “Pernah satu lomba, peserta lain sudah punya jam terbang tinggi, tapi Alisya tetap tampil percaya diri,” tutur Sukaesih. Baginya, keberanian tampil di depan umum adalah kemenangan tersendiri, meskipun hasil akhirnya belum selalu podium.
Waktu istirahat menjadi kemewahan tersendiri. Akhir pekan yang seharusnya digunakan untuk melepas lelah, kerap terpotong oleh sesi latihan atau kompetisi. Namun Alisya tampak tidak keberatan. Ia menganggap semua itu sebagai petualangan. “Menang itu bonus, yang penting berani,” katanya dengan polos tapi yakin.
Kini, di kelas dua, Alisya mulai lebih serius menekuni dunia modelling. Namun hobinya menggambar tetap ia jalani agar tidak jenuh. “Saya tidak ingin dia hanya satu jalur. Dua hobi ini bisa saling melengkapi,” kata Sukaesih. Di rumah, Alisya kerap menggambar sendiri desain bajunya, lalu meniru gaya berjalan model profesional di depan kaca.

Di tengah popularitas kecilnya yang mulai tumbuh, pendidikan tetap menjadi prioritas utama keluarga. Sukaesih punya harapan besar: agar Alisya tidak hanya bersinar di atas panggung, tapi juga di dunia akademik. “Saya ingin dia tetap berpendidikan tinggi dan mandiri. Nilai-nilai kehidupan juga penting diajarkan sejak kecil,” ujarnya.
Harapan itu bukan sekadar angan-angan. Sukaesih dan keluarga terus berupaya menjaga keseimbangan, agar dunia modelling tak membayangi sekolah. Jadwal belajar tetap dijaga, jam istirahat dipastikan cukup. “Kami tidak mau Alisya kehilangan masa kecilnya,” tambah sang ibu.
Perjalanan Alisya masih panjang. Namun langkah kecilnya di atas catwalk dan lembar-lembar tugas sekolah yang ia selesaikan dengan tekun adalah bukti bahwa cita-cita besar bisa dimulai dari usia yang sangat muda asal ada dukungan, keberanian, dan kedisiplinan di dalamnya.