
Bekasi, TeropongJakarta.com – Pagi dan malam kerap tak lagi berjarak bagi Risha. Sebagai buruh pabrik di Tambun Selatan, Bekasi, ibu dua anak ini menjalani kerja tiga shift yang membuat pola hidupnya jungkir balik. Kadang ia baru pulang saat subuh, lalu harus tetap menyiapkan kebutuhan keluarga.
Di sela lelah, makanan menjadi pelarian. Mie instan bisa jadi santapan harian. Minuman manis kekinian dan junkfood kerap menemani malam begadangnya. Berat badan Risha pernah tembus 70 kilogram. “Saya merasa seperti tidak terurus. Wajah kusam, jerawatan, badan sakit semua,” tuturnya.
Tidak hanya berat badan yang menjadi masalah. Risha kerap merasakan nyeri di pinggang, pundak, lutut, dan tumit. Rasa sakit itu membuatnya semakin sulit bergerak, apalagi berolahraga. Namun semua itu ia jalani, seolah tak punya pilihan lain.

Perubahan datang pada Januari 2024. Kala itu, berat badannya turun sedikit menjadi 64 kilogram, tetapi ia merasa belum sehat. Bersama suami, ia membuat keputusan penting: memperbaiki pola hidup. “Kami sepakat belajar kalori, nutrisi, dan mulai olahraga,” katanya.
Langkah pertama dimulai dari tempat kerja. Kantornya menyediakan kelas kardio seminggu sekali. Risha mencoba ikut meski jadwal shiftnya kerap bentrok. Kadang ia hanya bisa hadir dua minggu sekali. Tapi ia tidak menyerah.
Desember tahun lalu, sebuah sanggar olahraga khusus perempuan baru buka di dekat rumah. Risha memberanikan diri datang. Januari, ia resmi menjadi anggota dan mulai mencoba semua kelas: aerobik, poundfit, yoga, zumba. “Setiap habis olahraga rasanya happy banget. Seperti ketagihan,” ujarnya sambil tersenyum.

Awalnya, targetnya sederhana: tiga kali olahraga seminggu. Jika tak sempat ke sanggar, ia olahraga di rumah sambil menonton YouTube. Perlahan, jadwal itu menjadi kebiasaan baru. Ia mulai menikmati setiap keringat yang menetes.
Tak hanya olahraga, Risha mengubah pola makan secara drastis. Ia berhenti jajan di luar. Semua menu dimasak sendiri, tanpa gorengan. Real food selalu tersedia di rumah. Dada ayam, telur, sayur, buah jadi santapan sehari-hari. “Kalau shift malam, saya cuma minum air putih. Itu masih saya jalani sampai sekarang,” katanya.
Perubahan itu membuahkan hasil. Dalam seminggu pertama ikut program penurunan berat badan di sanggar, bobotnya turun dua kilogram. Angka di timbangan terus bergerak turun hingga akhirnya stabil di 46 kilogram pada Juni 2024.

Suaminya juga ikut berjuang. Menu makan di rumah selalu sama. Berkat kebiasaan baru itu, berat badan suaminya turun dari 86 kilogram menjadi 64 kilogram. Semua murni hasil usaha, tanpa bantuan obat pelangsing apa pun.
Kini, Risha tak hanya merasa lebih ringan. Energinya pulih. Wajahnya lebih cerah, rasa percaya dirinya bangkit. Ia juga menularkan kebiasaan makan sehat pada kedua anaknya. Junkfood perlahan dihapus dari daftar belanja keluarga.
“Buat saya, kurus itu bonus. Yang paling penting perjalanan usahanya. Sehat itu bukan cuma didoakan, tapi diusahakan,” ucap Risha. Ia ingin perempuan lain percaya, menua dengan sehat bukan sekadar mimpi. “Semua orang pasti menua. Tapi sakit jangan. Menualah dengan sehat.”