
Hong Kong, TeropongJakarta.com – Di antara padatnya gedung pencakar langit dan hiruk-pikuk kota Hong Kong, Anies Furohidah menorehkan kisah inspiratif sebagai buruh migran yang tak hanya bekerja, tapi juga menempuh pendidikan tinggi. Sejak 2018, perempuan asal Lumajang, Jawa Timur ini merantau sebagai pekerja domestik. Kini, ia tengah menapaki semester akhir jurusan Ilmu Hukum di Universitas Terbuka.
“Dulu saya sempat mengubur mimpi kuliah karena kondisi ekonomi keluarga,” ujar Anies kepada TeropongJakarta.com. Setelah bertahun-tahun bekerja dan menabung, ia mendaftar kuliah pada 2021. Pilihan jurusan hukum bukan tanpa alasan. Ia ingin mengasah kemampuan berpikir kritis, komunikasi, dan problem solving keterampilan yang menurutnya penting untuk memberdayakan masyarakat.
Baginya, ilmu hukum bukan hanya tentang teori dan pasal, tapi juga tentang keadilan dan keberanian untuk bersuara. Anies berharap suatu hari bisa menjadi pengacara dan membantu masyarakat yang lemah secara hukum, khususnya kalangan tidak mampu yang seringkali tak tahu harus mengadu ke mana.

Tahun 2022 menjadi salah satu tonggak penting dalam hidupnya. Dari 250 peserta yang mendaftar, Anies terpilih menjadi bagian dari pasukan pengibar bendera (Paskibra) di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong. “Itu pengalaman yang tak akan saya lupakan. Saya bangga bisa mengibarkan Merah Putih di luar negeri,” katanya dengan mata berbinar.
Kesempatan itu membuka banyak pintu bagi Anies. Ia bisa mengenal para staf KJRI dan bertemu dengan banyak tokoh inspiratif. Tak hanya itu, ia juga mendapatkan teman-teman baru dan bisa bertukar pengalaman dengan sesama pekerja migran yang punya semangat serupa.
Pada 2023, Anies menambah kesibukannya dengan mengikuti kursus keperawatan selama delapan bulan. Di sela-sela bekerja, ia menyempatkan diri belajar keterampilan medis dasar. Baginya, kemampuan ini sangat berguna, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Anies juga aktif dalam berbagai organisasi pekerja migran Indonesia. Di Perma UTHK, ia menjadi bagian dari tim konsultasi masalah-masalah PMI. Di komunitas Masyarakat Tanggap Hukum, ia menjabat sebagai sekretaris pojok hukum yang menangani konsultasi hukum seputar masalah ketenagakerjaan dan keluarga.

Di organisasi Pathfinder, Anies membantu menyebarkan informasi penting bagi PMI yang mengalami kehamilan di Hong Kong. Ia menyayangkan masih banyak PMI yang tidak tahu bahwa kehamilan adalah hal legal dan dilindungi hukum di sana. “Banyak yang resign karena takut. Padahal, majikan yang memecat PMI karena hamil bisa dituntut dan didenda,” jelasnya.
Aktivitas Anies sangat padat. Pagi hingga siang ia bekerja, sore dan malam ia belajar, mengerjakan tugas, dan menghadiri webinar dari organisasi yang ia ikuti. “Tantangan terbesarnya adalah manajemen waktu. Kadang saya mumet juga karena terlalu banyak kegiatan,” kata Anies, sambil tertawa kecil.
Meski demikian, semangatnya tak pernah surut. Ia merasa inilah kesempatan untuk membuktikan bahwa pekerja migran bukanlah orang rendahan. “Banyak orang memandang kami sebelah mata. Padahal, banyak PMI yang pintar, punya skill, dan terus belajar,” tegasnya.
Menurut Anies, menjadi PMI bukan berarti mengubur masa depan. Justru dari penghasilannya sebagai buruh migran, ia bisa mewujudkan mimpi yang sempat tertunda. Kuliah, kursus, dan berorganisasi adalah jalan untuk memperkaya diri dan memperluas kontribusi.

Setelah menyelesaikan studi, Anies berencana mengajukan visa independen di Hong Kong agar tidak lagi bergantung pada visa domestic helper. Dengan begitu, ia bisa lebih leluasa membantu sesama PMI yang mengalami masalah hukum maupun sosial.
Jika suatu hari ia kembali ke Indonesia, Anies ingin mengabdikan diri di lembaga bantuan hukum (LBH) sebagai pengacara. “Saya ingin belajar dulu situasi hukum di lapangan, lalu ikut pelatihan advokat agar bisa bersertifikat,” katanya.
Anies tahu jalan yang ia tempuh tidak mudah. Tapi baginya, pendidikan dan kesadaran hukum adalah senjata untuk mengangkat martabat diri dan sesama. “Saya ingin jadi bukti bahwa buruh migran juga bisa jadi orang hebat,” ujarnya mantap.
Di balik kesibukannya yang luar biasa, Anies Furohidah menyimpan satu pesan penting: “Jangan remehkan mimpi siapa pun. Asal punya tekad dan mau berjuang, tak ada yang mustahil.”