
Surabaya, TeropongJakarta.com – Riyan Ardiyansyah tidak lahir sebagai pelari jarak jauh. Langkah-langkah kakinya hari ini adalah hasil pertemuan tekad, disiplin, dan keberanian untuk menaklukkan rasa ragu yang datang hampir di setiap garis start. “Bukan karena mudah, tetapi jiwamu sudah setengah jalan,” kata Riyan, mengutip kalimat yang ia jadikan pegangan saat napas mulai terasa berat dan pikirannya nyaris menyerah.
Di balik garis finish yang sering terlihat megah di foto-foto kejuaraan, ada perjalanan panjang yang ia tempuh sejak 2022. Saat itu, lari baginya sekadar cara mengisi waktu luang. Tidak pernah terbayang kelak ia akan berdiri di podium, menerima medali, atau sekadar mendengar namanya dipanggil di antara ratusan pelari lain yang sama gigih.
Seiring waktu, Riyan mulai merasakan sesuatu yang lebih besar dari sekadar hobi. Setiap langkah seakan menjadi simbol ketekunan, dan setiap helaan napas menjadi doa yang perlahan menguatkan. “Setiap langkah ada tujuan, setiap nafas ada kehidupan,” ujarnya suatu sore, setelah sesi latihan panjang.
Berbagai event mulai diikuti. Nomor 5.000 meter menjadi fokus utama, tempat ia mulai mengasah keberanian melawan waktu dan menguji daya tahan tubuhnya. “Saya bangga atas pencapaian kecil saya,” katanya, matanya menerawang pada daftar lomba yang sudah ia lalui. Podium demi podium menjadi pengingat bahwa kerja keras tidak pernah sia-sia.

Awal 2025 menjadi babak penting dalam kisahnya. Pada 5 Januari, Riyan berangkat ke Pangalengan, Bandung, Jawa Barat, untuk Training Camp. Di sana, udara dingin dan jalur berbukit menjadi kawan sekaligus lawan dalam persiapan menghadapi JATIM OPEN 2025. Kali ini, ia memilih fokus di nomor 3.000 meter steeplechase, lomba halang rintang yang menuntut kekuatan fisik dan ketajaman mental.
Bersama Coach Rizky dan Coach Hamdan Sayuti, Riyan menjalani latihan yang tak hanya menguras energi, tapi juga mengasah keteguhan hati. “Atletik tidak begitu banyak tentang kaki. Ini tentang hati dan pikiran,” katanya. Setiap pagi ia bangun lebih cepat dari matahari, bersiap menempuh rute latihan yang tak pernah sama.

Hari H pun tiba. JATIM OPEN 2025 menjadi ajang pembuktian. Di tengah gemuruh penonton dan detak jantung yang tak menentu, Riyan berlari menaklukkan setiap rintangan. Di akhir lomba, namanya tercatat sebagai peraih peringkat ketiga kategori senior Jawa Timur. Bukan sekadar kemenangan, melainkan pelajaran penting tentang kepercayaan diri dan kesabaran.
“Walaupun belum bisa mencetak personal best, saya bersyukur,” ucapnya. “Pengalaman itu luar biasa. Saya berterima kasih pada teman-teman dan keluarga yang selalu mendukung.” Sore itu, di pinggir lintasan, ia sempat menunduk lama menyadari betapa perjalanan ini telah mengubah cara pandangnya terhadap hidup.
Kini, langkah Riyan tak lagi hanya tentang angka di stopwatch. Ada tekad baru yang tumbuh: mencetak prestasi lebih banyak, menembus batas-batas diri, bahkan meraih peluang tampil di kejuaraan internasional. Ia memasang target Borobudur Marathon 2025 sebagai ajang memecahkan personal best yang sudah lama ia incar.

Di balik target besar itu, ada harapan sederhana yang ia titipkan untuk generasi muda. “Saya ingin pemuda Indonesia lebih mencintai atletik,” katanya, serius. Baginya, olahraga bukan sekadar soal medali, melainkan jalan menuju hidup yang lebih sehat, lebih disiplin, dan lebih bermakna.
Riyan tahu, jalan yang ia pilih tidak mudah. Ada hari-hari di mana kelelahan datang tanpa kompromi, dan rasa ragu berbisik untuk berhenti. Namun, seperti yang sudah ia buktikan, semangat untuk bangkit selalu lebih kuat daripada rasa ingin menyerah. “Langkah ini bukan tentang siapa yang tercepat,” ujarnya. “Tapi tentang membentuk diri.”
Dan di setiap garis start yang ia tapaki, Riyan Ardiyansyah selalu membawa satu keyakinan: kemenangan sejati bukan soal siapa yang tiba lebih dulu, tetapi siapa yang terus berjalan meski berkali-kali ingin berhenti.