Jakarta, TeropongJakarta.com – Pelantikan Hj. Diana Dewi sebagai Ketua Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) DKI Jakarta periode 2025–2029 menjadi penanda penting perubahan orientasi olahraga masyarakat di ibu kota. Prosesi yang berlangsung di Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 23 Desember 2025, itu menegaskan bahwa olahraga tidak lagi diposisikan semata sebagai aktivitas rekreasional, melainkan sebagai instrumen pembangunan sosial yang strategis.
Dalam sambutan perdananya, Diana Dewi menekankan bahwa olahraga masyarakat harus menjadi bagian dari keseharian warga Jakarta, bukan hanya hadir dalam bentuk acara seremonial atau agenda musiman. Ia memandang olahraga sebagai medium yang mampu menjembatani sekat sosial di kota besar yang kompleks dan heterogen. “Olahraga masyarakat adalah ruang temu. Di sana warga bergerak bersama, saling mengenal, dan membangun rasa kebersamaan,” ujar Diana.
KORMI selama ini berperan sebagai mitra pemerintah dalam mengembangkan olahraga nonkompetitif yang inklusif. Berbeda dengan olahraga prestasi yang berorientasi pada capaian medali, KORMI menekankan partisipasi luas, kegembiraan, dan keberlanjutan. Di Jakarta, pendekatan ini semakin relevan seiring meningkatnya kesadaran warga terhadap gaya hidup aktif. Fenomena menjamurnya komunitas lari, bersepeda, senam massal, hingga olahraga rekreasi di ruang publik menjadi indikator perubahan budaya urban yang kian peduli kesehatan.
Namun, Diana Dewi menilai antusiasme tersebut perlu dikelola secara sistematis. Tanpa kebijakan yang konsisten, olahraga berpotensi menjadi tren sesaat. Karena itu, KORMI DKI Jakarta di bawah kepemimpinannya akan mendorong integrasi olahraga dengan ruang-ruang publik dan lingkungan permukiman. Taman kota, jalur hijau, hingga lingkup RT dan RW diproyeksikan sebagai simpul aktivitas olahraga yang hidup dan berkelanjutan.
Salah satu agenda yang mendapat perhatian khusus adalah penguatan olahraga tradisional. Permainan rakyat seperti gobak sodor, bakiak, dan egrang dipandang tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sarana pendidikan sosial. Nilai kerja sama, kejujuran, dan kegembiraan kolektif yang terkandung di dalamnya dinilai relevan untuk memperkuat kohesi sosial masyarakat perkotaan. Revitalisasi olahraga tradisional juga menjadi upaya menjaga identitas budaya di tengah derasnya arus modernisasi.
Selain dimensi kesehatan dan budaya, Diana Dewi membawa perspektif ekonomi dalam pengelolaan olahraga masyarakat. Ia melihat olahraga sebagai ekosistem yang dapat menggerakkan usaha mikro, kecil, dan menengah. Kegiatan olahraga komunitas dinilai mampu menciptakan peluang ekonomi, mulai dari kuliner sehat, produk kreatif, hingga jasa pendukung kegiatan olahraga. Integrasi ini diharapkan memberi dampak ganda: meningkatkan kualitas hidup warga sekaligus memperkuat ekonomi lokal.
Rekam jejak Diana Dewi sebagai tokoh organisasi dan penggerak dunia usaha menjadi modal penting dalam memimpin KORMI DKI Jakarta. Jejaring lintas sektor yang dimilikinya membuka peluang kolaborasi yang lebih luas antara pemerintah, komunitas, dan pelaku usaha.
Ke depan, tantangan KORMI bukan hanya menjaga partisipasi publik, tetapi memastikan olahraga benar-benar berakar dalam kehidupan warga. Di bawah kepemimpinan Diana Dewi, olahraga masyarakat diharapkan tumbuh sebagai gerakan sosial yang memperkuat kesehatan, kebersamaan, dan daya tahan Jakarta sebagai kota besar.
